Always run back to the future …..

Latest

My Wishes

Bismillaah, tulisan di awal 2020 ini bukan termasukĀ pengen merayakan tahun baru. Juga udah paham itu bukan termasuk dalam ajaran islam. Penjelasannya panjang, dan gak mau juga di sini menjelaskan.

Tapi lagi pas weekend gini dan gak ada acara yang apa gitu, tiba-tiba jadi pengen refleksi diri. Tiba-tiba aja bepikir ke depan mau gimana. Secara usia makin tua dan belum nikah juga. Hahahaha. Doain dong… semoga tahun ini dapet suami sholeh yang bisa bimbing aku, dan sejalan dengan ilmu-ilmu yang aku kenyam selama ini.

Balik ke refleksi, ada yang aku harapkan dari hidupku ke depan. Entah karena tanggung jawab rasanya makin besar. Ketemu konflik macam-macam dan dipaksa menjadi lebih dewasa lagi. Aku berdoa kepada Allah semoga aku dianugerahi jiwa rasa keadilan danĀ  kebijaksanaan untuk menilai suatu permasalahan, dan aku diberi kemampuan menempatkan suatu hal dengan seadil-adilnya dalam segala hal baik itu adil pada diriku sendiri maupun adil terhadap permasalahan yang aku hadapi baik di rumah dan di lingkungan kerja. Dan aku berdoa semoga Allah memampukan aku untuk menyerap segala pengetahuan dan ilmu yang aku butuhkan untuk menjagaku supaya aku tetap di jalan yang lurus, jalan ini, jalan yang pernah ditempuh oleh para salaf terdahulu.

Aamiin.

Gaya Sama Dengan Usaha Dibagi Jarak

Gw merasa ya Alhamdulillah banget, gw gak terlalu mengikuti arus-arus kebanyakan. Punya duit terus beli barang-barang mewah. Bukan soal prinsip tapi emang gw gak tertarik. Gak nemu asiknya dimana. Duit ya kadang ada, dan bukan pelit ama diri sendiri juga, tapi gw sayang aja buat ngabisin cuma buat beli barang yang fungsinya sama.

Emang sih kadang jujur aja ketika gw gak tergiur sama begituan. Pas gaul sama orang ya. Jadi kelihatan kucel hahahahaha. Bahkan ada junior gw ni kayaknya suka banget memperhatikan barang-barang milik orang. Terus ngelihat gw ya mungkin sepatu gak bermerk, tas gak bermerk, muka dia kayak gimana gt….hahahaha.

Terus paling nyebelin tuh ya. Ketika terus tampilan kita biasa dianggep dengan pendapatan yang ada kita gak terlalu banyak pengeluaran. Terus ditodong pertanyaan, tabungan lo banyak pasti udah segini ada? Set dah. Parah ya. Hey. You arent my mom. Dont think that you know my life. Ojo nebak-nebak.

Tapi anggep wae doa yohhhh. Sopo ngerti aku kedepane tajir temenan. Ben uripku koyok ngene tapi yo aku seneng, ra nduwe hutang sing musti tak pikirno saban bulan ya opo carane bayar.

Suka Duka

Bagiku saat ini momen paling menyedihkan adalah mempelajari, membaca dan menghafalkan Al-Qur’an. Rasanya susah banget. Mau dekat tapi godaannya banyak. Jadi hampir-hampir rasanya 24 jam itu tak cukup untuk melakukan segala hal.

Kemarin tepatnya, mungkin setelah satu tahun lamanya Alhamdulillah akhirnya Allah perkenankan menamatkan Juz 2. Padahal dulu juz pertama nggak selama ini dan menaklukan juz ini sampai pernah ikut karantina segala. Tapi begitu selesai buyar sudah. Terseok-seok. Aku bingung, apakah motivasi kurang cukup. Ataukah setan dalam diri terlalu kuat. Sehingga sulit sekali untuk menghafal. Ketika hafal sini, buyar sana. Ketika murojaah yang sana buyar yang sini. Sedih rasanya.

Hafalkan meski tak hafal-hafal. Mudah-mudahan kata-kata penyemangat itu bisa membuatku bertahan.

Btw. Aku butuh guru. Aku butuh guru. Ustadzahku meninggal tahun lalu. Aku sedih. Satu2nya ustadzah yang bisa belajar Alquran sambil curhat cuma sama beliau. Aku sepertinya gak bisa kembali ke BISA. Entah kenapa. Makanya ditengah kesibukan ini akhirnya aku mencoba memanfaatkan teknologi sekali lagi untuk menghafalkan juz ku yang ke 3. Setidaknya aku sudah berusaha. Mudah-mudahan Allah mudahkan. Kuatkan hamba dalam Istiqomah. Jadikanlah jalan ini berkah ya Allah. Aamiin ya Rabb.

Surat Cinta

Kalau kamu ditanya surat dari Alquran apa yang kamu suka? Kamu akan jawab apa?

Aku pecinta Al-Baqarah.

Aneh? Surat sepanjang itu? Dan aku suka? Kalau dipikir-pikir pengalaman pertama itu selalu berkesan. Sama dengan surat ini. Surat ini adalah surat dimana pertama kalinya aku berhasil menamatkan 1 juz, Alhamdulillah Allah telah mudahkan. Dan aku merasa meski panjang, surat ini lebih mudah dihafal ketimbang surat-surat pendek dalam Juz 30.

Dan lagi begitu banyak hal terjadi dalam hidup. Dan ketika sebuah musibah besar datang. Ayahku pergi untuk selamanya. Surat ini adalah penyelamat besar untuk imanku saat itu. Aku ingat saat itu, di saat Ayah dalam keadaan kritis, dan hafalanku sampai pada ayat itu. Juz 2 halaman ke 2 dan 3. Di situ terdapat ayat-ayat yang mengajarkan dan menguatkan tentang arti sabar dan ikhlas menjalani ujian.

Aku bersyukur. Semoga itu adalah petunjuk. Sebagaimana ayat itu mengatakan adalah petunjuk teruntuk bagi orang-orang yang bersabar.

Masa Depan Yang Tidak Terlupakan

Ini bukan resolusi sih. Tapi aku pingin nulis tentang cita-citaku yang kurang lebih baru aku setting di usiaku 29 tahun.

Jika ada cita-cita yang terkesan muluk dan sombong. Sungguh maksudku nulis di blog ini lantaran aku cuma mau aku ingat jika suatu kali aku lupa pernah mencita-citakan ini dalam hidup. Siapa tahu jika distraction dalam hidup terlalu besar hingga aku telah jauh menyimpang dari tujuan dengan tulisan ini aku berharap bisa kembali ke jalur yang benar. Lagipula ini blog gak ada yang baca. Aku optimis. Hahahaha.

In Syaa Allah aku ingin hafal 30 juz Al-Qur’an. Meski beberapa bulan ini aku terseok-seok untuk menamatkan juz yang ke dua, aku akan berusaha sepanjang hayat ku untuk memasukan kalamNya ke dalam dadaku. Selamanya sampai maut menjemput.

Kedua aku ingin di 2020 sudah bisa membaca buku bahasa Arab dengan baik. Kemudian membaca buku-buku rujukan langsung dari kitabnya.

Ketiga aku ingin bisa menghafal hadits dan mendalami ilmu mustholah hadits.

Sesungguhnya aku ingin sekali memiliki setidaknya seorang guru yang mampu membimbingku. Semoga Allah mengirimkan ku seorang guru yang benar-benar kenal dekat dan mampu membimbingku ke jalanNya.

Keempat berjodoh dengan seseorang yang baik, yang mampu menjadikan aku berkembang menjadi aku yang terbaik sebagaimana sebaik-baiknya manusia seharusnya.

Kelima semakin baik dan benar dalam beribadah, semakin khusyu, memenuhi hati selalu dengan iman.

Aamiin. Semoga Allah kabulkan.

Ngomong di depan umum

Hari ini harus ngomong di depan umum, dan itu berat sih buat aku.

Bukannya gak bisa. Tapi siapa juga yang akan bilang public speaking itu mudah. Kalau mudah gak akan ada yang namanya John Robert Power dan sejenisnya.

Pada dasarnya bagiku yang seorang introvert aku gak suka ketemu orang asing. Apalagi harus ngomong di depan orang asing. Anti banget. Aku gak suka di panggung dengan keramaian. Meskipun ya dulu kecil pernah juara baca puisi atau nilai 8 untuk nyanyi lagu nasional gugur bunga. Hahahahaha. Ternyata aku cukup berani juga ya tampil di depan. Jadi kalau takut sih gak juga. Tapi aku gak suka.

Dan untuk berbicara itu mungkin karena aku gak bisa menghadapi topik spontan, karena aku typical observer banget habis itu analytical. Jadi ya gak bakal spontan saat itu juga bs berkomunikasi atau menjawab ya. Emang ini skill yang harus diasah kali ya.

Tapi sumpah ngomong di depan orang itu kayak harus ngeluarin tenaga ekstra yang capeknya lebih dari latihan karate. Karena aku harus ngelawan diriku sendiri untuk keluar dari zona nyaman. Mungkin itu yang buat aku tambah gak suka. Seolah-olah saat itu aku harus jadi orang lain.

Siapa tuh yang suka bilang, jadilah diri sendiri karena emang ternyata jadi diri orang lain itu berat.

Ya udah ini celoteh gak jelas Jam 2 pagi. Tidur yuk.

P.S. Sesekali aku pengen curhat dengan style bocah sma kayak gini.

Lucu

Dulu menurutku punya kartu kredit itu keren. Sepertinya kartu itu diciptakan untuk kalangan terbatas. Rasanya hebat kalau punya kartu kredit.

Apalagi ngiler kalau lihat fasilitasnya. Bisa belanja nyicil nol persen, bisa mampir di lounge gratis dan sederet kelebihan lainnya.

Terlepas dari kartu kredit itu riba. Tapi secara sederhana entah mengapa sekarang aku berpikir apa yang tampak itu semua hanya brainwash aja.

Dan terlepas konsekuensi dari kartu kredit kalau ndak bisa bayar (emang serem sih dendanya atau ancaman debt collectornya), yang terlihat secara kasat mata orang-orang ngutang itu malah lebih dihormati. Padahal dipikir-pikir orang yang gak punya kartu kredit kan gak ngutang ya? Mereka independen. Gak terikat janji apapun. Mereka bebas.

Pemimpinku

Wahai pemimpinku.

Sungguh aku berkhidmat padamu dalam muamalah kepada sesama manusia. Namun, bagaimana baiknya engkau, aku tak bisa jatuhkan hati seluruhnya padamu.

Seandainya bila kita dalam barisan din yang sama sudah pasti bila aku memiliki doa yang paling mustajab akan aku tujukan untukmu.

Sungguh ini begitu menyiksa.

Aku mengerti bagaimana Rasul begitu bersedih atas pamannya yang begitu mencintainya dan berdiri dalam barisannya membela kaum muslim tetapi tetap mati dalam keadaan syirik.

Dan aku mengerti bagaimana rasa hancurnya Nabi Nuh yang putranya tetap memilih syirik meski maut hanya tinggal berjarak satu jari.

Aku mencintaimu, aku menghormatimu.

Tetapi kesetiaan dan persaudaraan tertinggi bukanlah ditentukan darah apalagi hanya sekedar balas budi, ialah agama yang melebihi dari apapun.

Laa ikroha fiddiiin. Namun aku berdoa agar Allah berikan engkau hidayah untuk memeluk agama Tauhid ini. Seandainya kelak itu terjadi, tulisan ini kan jadi saksi bahwa aku sungguh amat berbahagia, sebab aku bisa mendoakan atasmu kebaikan dan bahagia karena aku diperbolehkan berharap agar doaku untukmu dikabulkan olehNya.

Kalah

Aku kalah dengan diriku sendiri. Padahal seringkali sudah kucoba menatanya. Namun bahkan aku seperti motor yang ngadat di tengah jalan karena tak pernah diberi oli.

Mengapa begitu sulit ya Allah. Mengapa begitu sulit untuk mengalahkan diri sendiri. Mengapa begitu sulit menjaga ritme ini agar tetap berada pada jalurnya.

Aku tertatih…

Apalagi berlari. Mungkin nafasku akan berhenti…

Aku bergidik, entah aku tak ingat itu hadits yang mana. Yang jelas aku pernah membacanya dalam kitab Arbain karya imam An Nawawi. Seketika itu petir menyambar pikiranku, apakah aku adalah penghuni neraka yang disebutkan itu?

Tidak, Ya Allah tidak.

Allahummaghfirli, tolong aku. Tolong….

Sungguh aku ingin sekali terjun jatuh bebas. Membebaskan pikiranku dan mengikatnya pada satu tujuan yakni bertemu denganMu dalam keadaan Engkau muliakan aku.

Menyerah

Bagaimana caranya agar aku bisa menyerah. Jatuh bebas dengan seyakin-yakinnya bahwa jatuh bebas ini tidak akan menyakitkan. Bahwa di bawah nun jauh tak terlihat dasar adalah telaga yang menyejukkan.

Berikanlah petunjukMu wahai Rabb semesta alam agar aku tahu caranya menyerah dengan sungguh-sungguh tanpa ada satupun kata tapi tertahan di hati.