Always run back to the future …..

Author Archive

My Wishes

Bismillaah, tulisan di awal 2020 ini bukan termasuk pengen merayakan tahun baru. Juga udah paham itu bukan termasuk dalam ajaran islam. Penjelasannya panjang, dan gak mau juga di sini menjelaskan.

Tapi lagi pas weekend gini dan gak ada acara yang apa gitu, tiba-tiba jadi pengen refleksi diri. Tiba-tiba aja bepikir ke depan mau gimana. Secara usia makin tua dan belum nikah juga. Hahahaha. Doain dong… semoga tahun ini dapet suami sholeh yang bisa bimbing aku, dan sejalan dengan ilmu-ilmu yang aku kenyam selama ini.

Balik ke refleksi, ada yang aku harapkan dari hidupku ke depan. Entah karena tanggung jawab rasanya makin besar. Ketemu konflik macam-macam dan dipaksa menjadi lebih dewasa lagi. Aku berdoa kepada Allah semoga aku dianugerahi jiwa rasa keadilan dan  kebijaksanaan untuk menilai suatu permasalahan, dan aku diberi kemampuan menempatkan suatu hal dengan seadil-adilnya dalam segala hal baik itu adil pada diriku sendiri maupun adil terhadap permasalahan yang aku hadapi baik di rumah dan di lingkungan kerja. Dan aku berdoa semoga Allah memampukan aku untuk menyerap segala pengetahuan dan ilmu yang aku butuhkan untuk menjagaku supaya aku tetap di jalan yang lurus, jalan ini, jalan yang pernah ditempuh oleh para salaf terdahulu.

Aamiin.


Gaya Sama Dengan Usaha Dibagi Jarak

Gw merasa ya Alhamdulillah banget, gw gak terlalu mengikuti arus-arus kebanyakan. Punya duit terus beli barang-barang mewah. Bukan soal prinsip tapi emang gw gak tertarik. Gak nemu asiknya dimana. Duit ya kadang ada, dan bukan pelit ama diri sendiri juga, tapi gw sayang aja buat ngabisin cuma buat beli barang yang fungsinya sama.

Emang sih kadang jujur aja ketika gw gak tergiur sama begituan. Pas gaul sama orang ya. Jadi kelihatan kucel hahahahaha. Bahkan ada junior gw ni kayaknya suka banget memperhatikan barang-barang milik orang. Terus ngelihat gw ya mungkin sepatu gak bermerk, tas gak bermerk, muka dia kayak gimana gt….hahahaha.

Terus paling nyebelin tuh ya. Ketika terus tampilan kita biasa dianggep dengan pendapatan yang ada kita gak terlalu banyak pengeluaran. Terus ditodong pertanyaan, tabungan lo banyak pasti udah segini ada? Set dah. Parah ya. Hey. You arent my mom. Dont think that you know my life. Ojo nebak-nebak.

Tapi anggep wae doa yohhhh. Sopo ngerti aku kedepane tajir temenan. Ben uripku koyok ngene tapi yo aku seneng, ra nduwe hutang sing musti tak pikirno saban bulan ya opo carane bayar.


Suka Duka

Bagiku saat ini momen paling menyedihkan adalah mempelajari, membaca dan menghafalkan Al-Qur’an. Rasanya susah banget. Mau dekat tapi godaannya banyak. Jadi hampir-hampir rasanya 24 jam itu tak cukup untuk melakukan segala hal.

Kemarin tepatnya, mungkin setelah satu tahun lamanya Alhamdulillah akhirnya Allah perkenankan menamatkan Juz 2. Padahal dulu juz pertama nggak selama ini dan menaklukan juz ini sampai pernah ikut karantina segala. Tapi begitu selesai buyar sudah. Terseok-seok. Aku bingung, apakah motivasi kurang cukup. Ataukah setan dalam diri terlalu kuat. Sehingga sulit sekali untuk menghafal. Ketika hafal sini, buyar sana. Ketika murojaah yang sana buyar yang sini. Sedih rasanya.

Hafalkan meski tak hafal-hafal. Mudah-mudahan kata-kata penyemangat itu bisa membuatku bertahan.

Btw. Aku butuh guru. Aku butuh guru. Ustadzahku meninggal tahun lalu. Aku sedih. Satu2nya ustadzah yang bisa belajar Alquran sambil curhat cuma sama beliau. Aku sepertinya gak bisa kembali ke BISA. Entah kenapa. Makanya ditengah kesibukan ini akhirnya aku mencoba memanfaatkan teknologi sekali lagi untuk menghafalkan juz ku yang ke 3. Setidaknya aku sudah berusaha. Mudah-mudahan Allah mudahkan. Kuatkan hamba dalam Istiqomah. Jadikanlah jalan ini berkah ya Allah. Aamiin ya Rabb.


Surat Cinta

Kalau kamu ditanya surat dari Alquran apa yang kamu suka? Kamu akan jawab apa?

Aku pecinta Al-Baqarah.

Aneh? Surat sepanjang itu? Dan aku suka? Kalau dipikir-pikir pengalaman pertama itu selalu berkesan. Sama dengan surat ini. Surat ini adalah surat dimana pertama kalinya aku berhasil menamatkan 1 juz, Alhamdulillah Allah telah mudahkan. Dan aku merasa meski panjang, surat ini lebih mudah dihafal ketimbang surat-surat pendek dalam Juz 30.

Dan lagi begitu banyak hal terjadi dalam hidup. Dan ketika sebuah musibah besar datang. Ayahku pergi untuk selamanya. Surat ini adalah penyelamat besar untuk imanku saat itu. Aku ingat saat itu, di saat Ayah dalam keadaan kritis, dan hafalanku sampai pada ayat itu. Juz 2 halaman ke 2 dan 3. Di situ terdapat ayat-ayat yang mengajarkan dan menguatkan tentang arti sabar dan ikhlas menjalani ujian.

Aku bersyukur. Semoga itu adalah petunjuk. Sebagaimana ayat itu mengatakan adalah petunjuk teruntuk bagi orang-orang yang bersabar.


Masa Depan Yang Tidak Terlupakan

Ini bukan resolusi sih. Tapi aku pingin nulis tentang cita-citaku yang kurang lebih baru aku setting di usiaku 29 tahun.

Jika ada cita-cita yang terkesan muluk dan sombong. Sungguh maksudku nulis di blog ini lantaran aku cuma mau aku ingat jika suatu kali aku lupa pernah mencita-citakan ini dalam hidup. Siapa tahu jika distraction dalam hidup terlalu besar hingga aku telah jauh menyimpang dari tujuan dengan tulisan ini aku berharap bisa kembali ke jalur yang benar. Lagipula ini blog gak ada yang baca. Aku optimis. Hahahaha.

In Syaa Allah aku ingin hafal 30 juz Al-Qur’an. Meski beberapa bulan ini aku terseok-seok untuk menamatkan juz yang ke dua, aku akan berusaha sepanjang hayat ku untuk memasukan kalamNya ke dalam dadaku. Selamanya sampai maut menjemput.

Kedua aku ingin di 2020 sudah bisa membaca buku bahasa Arab dengan baik. Kemudian membaca buku-buku rujukan langsung dari kitabnya.

Ketiga aku ingin bisa menghafal hadits dan mendalami ilmu mustholah hadits.

Sesungguhnya aku ingin sekali memiliki setidaknya seorang guru yang mampu membimbingku. Semoga Allah mengirimkan ku seorang guru yang benar-benar kenal dekat dan mampu membimbingku ke jalanNya.

Keempat berjodoh dengan seseorang yang baik, yang mampu menjadikan aku berkembang menjadi aku yang terbaik sebagaimana sebaik-baiknya manusia seharusnya.

Kelima semakin baik dan benar dalam beribadah, semakin khusyu, memenuhi hati selalu dengan iman.

Aamiin. Semoga Allah kabulkan.


Ngomong di depan umum

Hari ini harus ngomong di depan umum, dan itu berat sih buat aku.

Bukannya gak bisa. Tapi siapa juga yang akan bilang public speaking itu mudah. Kalau mudah gak akan ada yang namanya John Robert Power dan sejenisnya.

Pada dasarnya bagiku yang seorang introvert aku gak suka ketemu orang asing. Apalagi harus ngomong di depan orang asing. Anti banget. Aku gak suka di panggung dengan keramaian. Meskipun ya dulu kecil pernah juara baca puisi atau nilai 8 untuk nyanyi lagu nasional gugur bunga. Hahahahaha. Ternyata aku cukup berani juga ya tampil di depan. Jadi kalau takut sih gak juga. Tapi aku gak suka.

Dan untuk berbicara itu mungkin karena aku gak bisa menghadapi topik spontan, karena aku typical observer banget habis itu analytical. Jadi ya gak bakal spontan saat itu juga bs berkomunikasi atau menjawab ya. Emang ini skill yang harus diasah kali ya.

Tapi sumpah ngomong di depan orang itu kayak harus ngeluarin tenaga ekstra yang capeknya lebih dari latihan karate. Karena aku harus ngelawan diriku sendiri untuk keluar dari zona nyaman. Mungkin itu yang buat aku tambah gak suka. Seolah-olah saat itu aku harus jadi orang lain.

Siapa tuh yang suka bilang, jadilah diri sendiri karena emang ternyata jadi diri orang lain itu berat.

Ya udah ini celoteh gak jelas Jam 2 pagi. Tidur yuk.

P.S. Sesekali aku pengen curhat dengan style bocah sma kayak gini.


Lucu

Dulu menurutku punya kartu kredit itu keren. Sepertinya kartu itu diciptakan untuk kalangan terbatas. Rasanya hebat kalau punya kartu kredit.

Apalagi ngiler kalau lihat fasilitasnya. Bisa belanja nyicil nol persen, bisa mampir di lounge gratis dan sederet kelebihan lainnya.

Terlepas dari kartu kredit itu riba. Tapi secara sederhana entah mengapa sekarang aku berpikir apa yang tampak itu semua hanya brainwash aja.

Dan terlepas konsekuensi dari kartu kredit kalau ndak bisa bayar (emang serem sih dendanya atau ancaman debt collectornya), yang terlihat secara kasat mata orang-orang ngutang itu malah lebih dihormati. Padahal dipikir-pikir orang yang gak punya kartu kredit kan gak ngutang ya? Mereka independen. Gak terikat janji apapun. Mereka bebas.


Pemimpinku

Wahai pemimpinku.

Sungguh aku berkhidmat padamu dalam muamalah kepada sesama manusia. Namun, bagaimana baiknya engkau, aku tak bisa jatuhkan hati seluruhnya padamu.

Seandainya bila kita dalam barisan din yang sama sudah pasti bila aku memiliki doa yang paling mustajab akan aku tujukan untukmu.

Sungguh ini begitu menyiksa.

Aku mengerti bagaimana Rasul begitu bersedih atas pamannya yang begitu mencintainya dan berdiri dalam barisannya membela kaum muslim tetapi tetap mati dalam keadaan syirik.

Dan aku mengerti bagaimana rasa hancurnya Nabi Nuh yang putranya tetap memilih syirik meski maut hanya tinggal berjarak satu jari.

Aku mencintaimu, aku menghormatimu.

Tetapi kesetiaan dan persaudaraan tertinggi bukanlah ditentukan darah apalagi hanya sekedar balas budi, ialah agama yang melebihi dari apapun.

Laa ikroha fiddiiin. Namun aku berdoa agar Allah berikan engkau hidayah untuk memeluk agama Tauhid ini. Seandainya kelak itu terjadi, tulisan ini kan jadi saksi bahwa aku sungguh amat berbahagia, sebab aku bisa mendoakan atasmu kebaikan dan bahagia karena aku diperbolehkan berharap agar doaku untukmu dikabulkan olehNya.


Kalah

Aku kalah dengan diriku sendiri. Padahal seringkali sudah kucoba menatanya. Namun bahkan aku seperti motor yang ngadat di tengah jalan karena tak pernah diberi oli.

Mengapa begitu sulit ya Allah. Mengapa begitu sulit untuk mengalahkan diri sendiri. Mengapa begitu sulit menjaga ritme ini agar tetap berada pada jalurnya.

Aku tertatih…

Apalagi berlari. Mungkin nafasku akan berhenti…

Aku bergidik, entah aku tak ingat itu hadits yang mana. Yang jelas aku pernah membacanya dalam kitab Arbain karya imam An Nawawi. Seketika itu petir menyambar pikiranku, apakah aku adalah penghuni neraka yang disebutkan itu?

Tidak, Ya Allah tidak.

Allahummaghfirli, tolong aku. Tolong….

Sungguh aku ingin sekali terjun jatuh bebas. Membebaskan pikiranku dan mengikatnya pada satu tujuan yakni bertemu denganMu dalam keadaan Engkau muliakan aku.


Menyerah

Bagaimana caranya agar aku bisa menyerah. Jatuh bebas dengan seyakin-yakinnya bahwa jatuh bebas ini tidak akan menyakitkan. Bahwa di bawah nun jauh tak terlihat dasar adalah telaga yang menyejukkan.

Berikanlah petunjukMu wahai Rabb semesta alam agar aku tahu caranya menyerah dengan sungguh-sungguh tanpa ada satupun kata tapi tertahan di hati.


Hidayah

Ya Allah aku teramat sangat bersyukur, bagaimana engkau memberi petunjuk kepada hamba yang bodoh ini.

Aku berkaca pada orang-orang yang begitu pintar, cerdas dan hebat yang pernah ku kenal dan ku ketahui. Tetapi ternyata ada begitu banyak hal-hal sederhana yang sesungguhnya begitu mudah kucerna namun entah mengapa mereka sulit untuk pahami.

Sungguh dengan ini aku merasa bahwa hidayah itu bukanlah diukur dari kecerdasan semata. Bahkan hamba yang bodoh mampu memahaminya, tidak bukan lain karena rahmatMu sehingga engkau memberikan petunjuk kepada hamba.

Hidayah ini sungguh mirip perasaanku ketika menghadapi ujian sekolah dan aku menjadi orang yang begitu beruntung di saat itu. Meskipun kawan-kawanku banyak yang lebih hebat dariku. Aku merasa soal ujian sekolah ini begitu mudah sebab aku telah mempelajari kisi-kisi yang sama persis dari soal yang diujikan.

Ya Allah, sungguh aku memohon kepada engkau, berilah hamba hidayah janganlah engkau sedetikpun meninggalkan hamba dengan ketidaktahuan yang tak terjawab dengan benar.

Dan di telingaku terngiang-ngiang sebuah ayat :
Katakanlah: Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui? Sesungguhnya orang yang berakallah yang dapat menerima pelajaran.” [Az-Zumar: 9]

Maka Ya Allah sehatkanlah akalku, karena sesungguhnya akal yang sehat tak akan pernah bertentangan dengan syariat.


Teruntuk Para Pencari Cahaya (Baca: Penuntut Ilmu)

image

Diantara sekian banyak ilmu pengetahuan yang ada di dunia ini, kadang tak mudah begitu saja mendapatkannya. Ada saja rintangan yang menghalangi untuk menggapainya. Tempat belajar disebrang samudra,  biaya yang tak sedikit jumlahnya,  jauh dari sanak saudara,  ujian masuk yang susah dan halangan lainnya yang mencoba memukul mundur semangat untuk belajar.

Tapi pernahkah mencoba merenung, seberapa besar ilmu itu akan menyelamatkan hidup kita? Kadang kita lupa prioritas utama ilmu yang kita cari adalah ilmu yang mengajarkan cara hidup sebagaimana sejatinya manusia hidup di dunia. Dan terkadang ilmu itu dekat, dan kita hanya butuh sekedar niat dan usaha serta harta yang tak seberapa untuk mempelajarinya. Hanya saja kita terlanjur memandang sebelah mata, meremehkannya dan menganggapnya tak penting karena kurang populer dan kurang keren. Padahal ilmu itu justru yang akan menyelamatkanmu selama di dunia.

Selama belum sampai liang lahat, bukankah belajar adalah kewajiban? Tak peduli seberapa keren dan populer ia, bukankah semua ilmu itu adalah cahaya? Bukankah roda terus berputar dan siang selalu berganti malam?  Maka kelak bila kita terjatuh dalam kegelapan, cahaya yang manakah yang bisa menyelamatkan dari kegelapan?

Tulisan di atas hanya sekedar sebuah renungan diri yang belakangan ini sering hinggap di pikiran. Saya sejak kecil suka belajar. Haus akan ilmu. Dan saya amat menggilai bidang sains dan teknik. Suatu saat ingin sekali mengukir prestasi di bidang tersebut. Namun semakin kesini saya semakin merasa hampa. Tidak bermaksud mengesampingkan ilmu yang telah saya miliki sejak bangku SD sampai
Sarjana. Hanya saja ilmu itu belum bisa berkontribusi banyak dalam kehidupan. Ah apalagi dalam penyelesaian konflik-konflik dalam hidup. Mungkin terbilang hanya seujung jari. Ya,  hingga suatu titik dalam rentang waktu hidup saya,  dimana saya menyadari betapa fakirnya saya akan ilmu tentang hidup. Fakir akan ilmu yang mengajarkan cara hidup sebagai manusia yang merupakan ciptaan Allah SWT dan memiliki kewajiban mengabdi dan menyembah hanya kepadaNya. Betul katanya, bahwa kejarlah duniamu seakan-akan kau hidup selamanya,  dan kejarlah akhiratmu seakan-akan kau mati besok. Hidup untuk dunia dan akhirat harus seimbang. Saya sadar,  ternyata untuk menjalani hidup dengan baik, saya perlu menyeimbangkan ilmu dunia saya dengan ilmu-ilmu akhirat.

Setelah menyadari hal ini,  saya mulai berguru kesana kemari mencari ilmu-ilmu yang dulu hanya sempat mampir di otak hanya untuk sekedar tahu bukan memahami. Maka mulailah saya intens menghadiri majelis ta’lim di masjid sampai dengan majelis virtual. Saya merasakan manfaatnya dalam hidup saya. Saya merasa kehidupan saya jauh lebih baik dari sebelumnya.

Tapi makin kesini ada hal yang membuat saya tergelitik. Ada suatu fenomena yang tertangkap mata. Ini jadi tanda tanya besar di kepala. Yaitu mengenai fenomema majelis ilmu-ilmu islam yang sepi peminat. Tak sedikit pula majelis itu terbuka umum dan gratis tanpa dipungut biaya. Namun mengapa justru sepi peminat? Padahal informasi juga kini amat sangat mudah didapatkan. Lalu mengapa bisa terjadi? Entahlah….

Sebenarnya kalau kita mau berpikir simpel, selama ada kesempatan dan kemudahan untuk belajar kenapa tidak digunakan? apalagi justru ilmu itulah yang bermanfaat kelak untuk menjalani kehidupan kita di dunia. Belum lagi bonus-bonus yang diberikan Allah kepada orang yang berkumpul dalam majelis ilmu untuk mentadabburi Alqur’an. Nama kita akan disebut-sebut oleh Allah SWT di depan para penghuni langit. Bagi seorang penuntut ilmu,  tidakkah itu menjadi prestasi yang tertinggi lagi paling membanggakan?

“Tiada suatu kaum duduk dalam majelis dzikir kepada Allah (Majlis Ilmu), pasti dikelilingi malaikat, diliputi rahmat Allah, diturunkan pada mereka ketenangan dan nama mereka disebut Allah di depan para Malaikat-Nya.” (HR.Muslim)


Mengenal Lebih Dekat Calon Qurban

Gara-gara dari kemarin posting kambing atau sapi terus di Instagram, sekarang jadi mau ngulas dikit tentang liburan saya minggu lalu.

image

Brosur Tamasya Qurban dari Daarul Quran

Selama dua hari dari sabtu sampai minggu kemarin saya ikut program Tamasya Qurban dari Daqu  (Daarul Qur’an) milik Ust Yusuf Mansur. Kalau saya gambarkan Tamasya qurban merupakan program pengenalan hewan qurban  juga berikut penjelasan rantai proses penyediaan hewan qurban sampai proses distribusinya.

Menariknya kita diajak langsung melihat hewan qurban di peternakan yang dikelola salah satu mitra binaan Daqu yakni Mahir Farm. Lokasinya di Cijeruk, Bogor.  Disana peserta dijelaskan mengenai program Qurban Istimewa (Quis) dari Daqu. Program quis menawarkan kepada calon pequrban hewan qurban dengan kualitas yang baik namun dengan harga terjangkau sehingga dapat memperbesar kesempatan para calon pequrban dengan tabungan yang pas-pasan 😀 kayak saya ini hahaha.

image

Elus-elus kepala sapi 😀

image

Sapi-sapi ternak di Mahir Farm

image

Salah satu kambing yang super gede

image

Kumpulan kambing yang anteng di kandangnya

Kenapa bisa terjangkau? Program ini mengedepankan efisiensi dengan memangkas rantai pasok langsung dari peternak, ditambah pula dengan program 100 harinya, cost bisa ditekan sampai dibawah harga pasar. Sehingga Program Quis mampu menawarkan kambing siap qurban dengan harga 1,8 jt dan utk sapi 2 jt sudah termasuk ongkos potong, marketing, distribusi dan administrasi untuk pelaporan kepada pequrban. Gimana, keren kan?

image

Foto Rame Rame di Depan Kandang Kambing 😀

Selain memberikan penawaran harga terjangkau, program Quis juga mempunyai misi untuk mendistribusikan hasil qurban hingga ke tempat terpencil. Hal ini dilatarbelakangi oleh karena selama ini distribusi qurban terpusat hanya di kota-kota besar. Dan pas hari H justru banyak hasil qurban yang lebar, mubazir dan ada juga banyak kasus dimana ditemui baik perorangan maupun oknum yang memanfaatkan hasil qurban ini untuk dijual lagi. Artinya di lapangan banyak kasus dimana distribusi menjadi tidak tepat pada sasaran. Menyedihkan bukan? yang pengennya dapet keberkahan bisa-bisa malah jadi bumerang ketidakberkahan? T.T

image

Hewan Qurban yang akan dilelang sewaktu ditimbang

Bagi saya pengetahuan seperti ini penting. Kenapa? Karena pengetahuan seperti ini mengajak calon pequrban untuk berpikir one step ahead. Tidak hanya berhenti pada “gw mau qurban” dan setelah dilakukan pembayaran selesai. Tapi alangkah bijaknya kalau kita sebagai pequrban juga ikut mikir  dan peduli dengan rantai proses selanjutnya semisal “ini qurban gw mubazir nggak kalau gw qurban disini?” Padahal sudah tahu juga disitu tiap tahunnya banyak yang sisa. Ini hanya sebuah pemikiran kecil, tapi menurut saya jatuhnya pilihan kita kepada siapa akan kita serahkan qurban kita akan memiliki dampak yang luar biasa kedepannya agar distribusi qurban ini menjadi lebih tepat sasaran.

Tetiba saya bermimpi, andai setiap penyalur qurban baik itu lembaga atau masjid di seluruh Indonesia saling bekerjasama dalam suatu sistem yang terintegrasi, baik dimulai dari pendataan para pequrban & penerima qurban hingga distribusinya, ditambah sokongan dari pequrban yang teredukasi dengan permasalahan lapangan seputar qurban, saya percaya berkah dan nikmat dari saling berbagi melalui qurban akan lebih terasa.

image

Petunjuk Memasuki Area Pertanian Organik Binaan Daqu di Kadudampit Sukabumi

Oh ya, ada kegiatan yang menarik lagi dari pelaksanaan tamasya qurban ini yakni peserta diajak untuk lelang qurban dan jalan-jalan di Kawasan Pertanian Organik Daqu di Kadudampit Sukabumi sembari belajar cara menanam padi. Masyaa Allah, sepanjang jalan bertemu permadani hijau. Menyejukan sekali rasanya. Selama berada di pertanian tersebut, peserta diberikan pemahaman bahwa tanah dan tumbuhan diatasnya merupakan makhluk ciptaan Allah. Sama halnya dengan manusia, mereka hidup dan berdzikir. Eh kita juga diajak nanam padi loh. Ternyata susah juga. Tapi lebih dari itu, pengalaman tamasya qurban luar biasa sekali. Karena peserta bisa belajar sekaligus bermain.

image

Sedang dijelaskan bawa tanaman dan tanahpun ikut berdzikir

image

ladang caisim yang menghijau

image

Hotel Ternak? 😀


Ketika Ku Ber-i’tikaf

image

Suasana I'tikaf di Masjid Baitul Ihsan, Bank Indonesia, Jakarta Pusat

Detik terakhir yang berdetak di penghujung sepertiga malam terakhir akhirnya menguak tanya yang begitu kuat.

Bagaimana engkau bisa Yaa Rasulullah, menghabiskan malam-malam-mu  selalu dengan menegakkan qiyamul lail disaat khalayak terlelap dalam mimpi?

Bagaimana bisa engkau nikmati setiap kata perkata dari wahyu yang terucap? Bahkan hingga kaki-kaki menjadi bengkak. Tiada pernah sepatah katapun terlontar keluh maupun kesah.

Kadangkala ada iri terbesit dihati. Imajinasi ini terbang begitu tinggi. Sepele, tapi begitulah yang paling mudah dibandingkan jika harus berteori. Andaipun jadi kalimat andalan. Andaikan saja aku terlahir sebagai orang arab. Mungkin akan jauh lebih mudah untukku jatuh cinta berkali-kali pada sahabat paling sempurna, tiada lain dan bukan ialah Al-qur’an.

Tapi mengubah yang telah ditetapkan adalah kemustahilan. Karena waktu bergerak lurus, dengan kecepatan tetap tanpa pernah diperlambat ataupun berhenti apalagi berbalik haluan.

Juga sesungguhnya tiada salah terlahir dari berbangsa apa. Karena kalamNya ialah sahabat universal. Dijanjikan olehNya dapat dimengerti dengan sangat mudah. Cukup berpegang teguh pada bisa karena biasa dan biasa karena bersungguh-sungguh belajar, maka tiadalah satupun hal yang tidak mungkin.

Kecuali pada sesal yang tetaplah bersisa pada jejak usia lalu yang tersia-sia. Tak henti memaksa menguntai pengandaian “andaikan saja sejak dulu aku”.

Maka lisanku tak henti bergumam
Kelak ajarkanlah anakmu…..
Ajarkanlah anakmu….
Agar tiada sesalnya di kemudian….

—————-
Sedikit penjelasan. Ini coretan yang kubuat saat beri’tikaf di Masjid Baitul Ihsan pada 21 Ramadhan 1436 H. Pengalaman pertama dimana sholat tahajud 8 raka’at dengan menghabiskan 3 Juz bacaan Al-qur’an. Pengalaman yang membuatku sangat berfikir mengenai Rasul yang begitu mencintai Tahajud, begitu mencintai bacaan Al-qur’an. Waktu itu aku berpikir, beginilah rasanya menjalankan apa yang Rasul jalankan dulu. Sungguh aku terheran-heran. Aku sendiri setengah memaksakan diri, karena sebagian tubuhku saat baru separuh Tahajud berjalan sudah berdemonstrasi tak karuan, tidak kaki yang mengatakan tidak kuat menopang tubuh, juga mata yang tak mau berkompromi untuk terjaga. Masya Allah, Yaa Rasul, Yaa Rasulullah. Berulangkali kuberucap seperti itu dalam hati. Bagaimana engkau bisa melakukan ini semua Yaa Rasul? Apa karena begitu cintanya engkau terhadap Al-qur’an? Begitu indahnya makna dari bacaan Al-qur’an hingga membuatmu terlena dan ingin berlama-lama membacanya?

Lalu tiba-tiba akupun merasa iri pada orang arab. Sungguh beruntung mereka. Alqur’an diturunkan dalam bahasa ibu mereka. Harusnya sangat mudah bagi mereka untuk mencintai Al-qur’an bukan?? *ini pemikiran picik, tidak boleh ditiru hahaha*


Rindu Baitullah :Part 2

Hai, gak bosen kan mampir? Yuk, sekarang aku mau cerita untuk Rindu Baitullah Part 2. Oke langsung saja.

Memulai Umrah, Miqat di Bir Ali

Pada hari ke empat, aku bersama rombongan pergi menuju ke Makkah untuk pelaksanaan umroh. Kami berangkat dari Madinah sehabis menunaikan sholat dzuhur. Karena perjalanan menuju Makkah dari Madinah kurang lebih sekitar 6 jam maka sholat ashar kami jamak bersama dzuhur. Kami berangkat menggunakan bus. Kurang lebih 15-20 menit dari Nabawi, kami berhenti di Bir Ali. Bir Ali ini merupakan miqat Makani yang diperuntukkan untuk niat ihram bagi penduduk yang berasal dari Madinah. Di Bir Ali ada sebuah mesjid, di mesjid inilah kami mengambil wudhu, lalu kemudian sholat sunnah tahiyatul masjid dua rakaat. Setelah selesai dan memastikan bahwa syarat syah ihram telah dipenuhi, kami mengucap niat ihram. Dari sini maka apa yang diharamkan pada saat umrah berlaku (baca larangan umroh)

Selayang pandang menuju kota Makkah

Setelah mengucap niat ihram, bis yang kami tumpangi terus melaju menuju Makkah. Selama perjalanan ini kami isi dengan banyak-banyak berdzikir dan talbiyah atau diselingi tidur sebentar apabila merasa lelah. Selama perjalananmenuju mekkah ini, bis yang kami tumpangi berhenti sekali untuk istirahat di tempat oeristirahatan Indonesia. Saya lupa namanya apa. Yang mungkin kangen dengan makanan indonesia disini bisa menikmati makanan indonesia seperti pop mie, bakso dan soto. Oh ya, kebetulan di depan rumah makan ini waktu itu ada penjual madu yaman. Kata ustadzku sih itu madu mahal harganya kalau sudah sampai di Makkah bisa sampai 300 ribu-an. Tapi penjual ini jual murah sekitar 100 rb perliter. Awalnya sih takut beli, tapi berdasarkan rekomendasi ustad katanya sih asli. Ya sudah deh, aku dan beberapa temanku beli. Dan lumayan dapat gratisan habbatusaudah alias si jinten hitam yang masih asli berbentuk butiran. Penjualnya juga ngajarin makan jintan hitam ini bareng madu itu dengan dicampur di sendok. Rasanya jadi lucu, manis-manis kriuk-kriuk gitu.

Malam singkat di hotel

Setelah 6 jam perjalanan, akhirnya sampailah rombongan di kota mekkah. Kami dibawa oleh bis menuju hotel. Sesampai di hotel kami dibagikan kunci kamar untuk menaruh barang-barang dan bersiap-siap untuk pelaksanaan thawaf, ambil wudhu dan sholat maghrib dan isya dengan di jamak takhir. Setelah selesai kami berkumpul di lobi hotel. Waktu itu jam menunjukkan tengah malam kami memulai berjalan menuju masjidil haram. Suasana agak dingin. Meskipun tidak sedingin sewaktu di Madinah.  Tidak menyangka juga ternyata hotel kami cukup jauh, kira-kira satu kilometer dari Masjidil Haram. Akhirnya setelah berjalan cukup lama kami tiba didepan Masjidil Haram. Hanya satu yang terbesit di hati waktu itu yakni puji dan syukur karena bisa diberi kesempatan untuk menginjakkan kaki di Masjidil Haram. Kemudian kami memasuki Masjidil Haram dengan tidak lupa membaca do’a ketika memasuki masjid. Ternyata sewaktu rombonganku disana rupanya sedang terjadi renovasi Masjid besar-besaran sehingga ada beberapa jalan menuju Ka’bah yang ditutup.

image

nama hotel tempatku menginap, ternyata jauh dari Masjidil Haram

 

image

suasana pelataran Masjidil Haram saat tengah malam

image

Suasana Keramaian di Sekitar Masjidil Haram

The beautiful Baitul ‘Atiq, Ka’bah

Akhirnya yang dinanti-nanti tiba. Biasanya hanya bisa melihat Ka’bah dari TV. Tapi waktu itu bisa menyaksikan secara langsung rasanya langsung mengharu biru. Dimulai dari rukun Hajar Aswad, kami memulai thawaf. Kalau hajar aswad tidak kelihatan kita bisa melihat tanda lampu hijau yang menempel di pilar-pilar masjid yang bila dihubungkan dengan hajar aswad akan membentuk satu garis lurus. Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan ketika thawaf. Ka’bah berbentuk kubus yang memiliki empat sudut rukun. Pertama kali memulai thawaf dari rukun Hajar Aswad yakni sudut Ka’bah dimana melekat batu hajar aswad. Kemudian berjalan mengelilingi dengan berlawanan arah jarum jam. Setelah melewati Hajar aswad maka akan ditemui yang namanya  pintu Ka’bah dan Maqam Ibrahim yang terletak sekitar 8 meter dari pintu Ka’bah. Selanjutnya kita akan menemukan apa yang disebut dengan Hijr ‘Ismail. Sebaiknya hati-hati pada saat thawaf kita harus berada di luar Hijr ‘Ismail. Karena tempat antara ka’bah dan Hijr ‘Ismail ini masih termasuk bagian Ka’bah sehingga apabila kita masuk di antara keduanya maka thawaf kita tidak sah. Kecuali bila sedang tidak thawaf maka kita boleh-boleh saja berada di Hijr ‘Ismail ini. Kita juga boleh sholat hajat di dalamnya, karena Hijr ‘Ismail ini salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa. Setelah melewati Hijr ‘Ismail akan kita temui rukun Yamani. Saat melintasi  rukun Yamani ada satu doa khusus yang diucapkan yakni :

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ

Bagi laki-laki disunnahkan untuk berlari-lari kecil. Setelah rukun Yamani maka kemudian akan kita kembali jumpai kembali Hajar Aswad untuk memulai putaran thawaf selanjutnya hingga terlaksana sempurna sebanyak 7 kali putaran.

Sekedar tips ketika thawaf sebaiknya mengajak teman supaya bisa saling mengingatkan sudah berapa kali putaran yang dilakukan. Tapi sebenarnya banyak cara supaya tetap ingat antara lain kita bisa menggunakan karet gelang yang dapat kita pindahkan dari tangan kiri ke kanan setiap kali memulai thawaf atau bisa menggunakan tasbih yang khusus hanya tujuh butir atau bisa menggunakan buku-buku jari seperti sedang berdzikir sehabis sholat. Selesai thawaf selanjutnya melaksanakan sholat sunnah di belakang Maqam Ibrahim dilanjutkan dengan berdoa dan minum air zam-zam. Oh ya, hati-hati ketika thawaf, kadang ada orang yang menawarkan kesempatan untuk mencium Hajar Aswad. Jangan mudah tergiur ya. Karena itu calo, kalau sampai kita mau nanti setelah mencium hajar aswad kita akan disuruh bayar. Ada yang bilang tarifnya bisa sampai satu juta rupiah loh. Tapi saya kok heran sama askarnya kenapa hal ini dibiarkan ya. Saya pikir waktu  pelaksanaan thawaf pada umroh, saat itu tidak terlalu ramai, tapi giliran mau mencium Hajar Aswad itu sulit sepertinya memang sengaja ditutupi oleh komplotan-komplotan si calo-calo tadi.

Berlari mengenang kegigihan ibunda Hajar

Setelah melaksanakan thawaf, selanjutnya yang dilakukan adalah sa’i. Yakni belari-lari kecil antara bukit Shafa dan Marwah seperti apa yang dilakukan ibunda Hajar dahulu ketika mencari air untuk putranya ismail. Tempat Sa’i ini ternyata ada dua yakni di atas dan di bawah. Kalau saya lebih prefer untuk melaksanakan sai di atas, karena terlihat lebih luas dan lebar. Jalur untuk sa’i ini sudah diatur sedemikian rupa. Satu jalur untuk perjalanan dari Shafa ke Marwah dan satu jalur untuk arah sebaliknya. Untuk setiap jalurnya sangat lebar mungkin ada sekitar 6 sampai 7 meter. Dalam pelaksanaannya sa’i dilakukan 7 kali perjalanan. Dimana setiap dari Shafa ke Marwah di hitung satu kali dan sebaliknya dari Marwah ke Shafa juga dihitung satu kali. Sehingga kita akan berada di bukit Shafa dan Marwah masing-masing sebanyak 4 kali. Dalam perjalan sa’i ada tanda lampu hijau yang harus diperhatikan. Lampu hijau ini berada diatas, kira-kira memanjang sejauh 5-6 meter. Ketika memasuki area dibawah lampu hijau ini, bagi laki-laki disunahkan untuk berlari-lari kecil. Ketika sampai pada perjalanan terakhir, berarti kita akan berhenti di bukit Marwah. Di bukit inilah dilakukan pelaksanaan tahalul yakni proses memotong rambut. Dengan dilakukannya tahalul ini maka apa yang diharamkan pada saat ihram kini tidak lagi dilarang dan selesailah seluruh prosesi pelaksanaan umroh.

Sightseeing. Mari jalan-jalan.

Setelah pelaksanaan umroh selanjutnya diisi dengan acara bebas saja. Paling-paling acara yang bersama rombongan adalah perjalanan melihat lokasi-lokasi pelaksanaan rukun haji dan tempat bersejarah lainnya seperti Mudzalifah, Mina, Arafah, Jabal Rahmah, Jabal Tsur dan Ji’ronah.

image

Jabal Rahmah, tempat bertemunya Adam dan Hawa ketika diturunkan ke bumi, terletak di area Padang Arafah

image

Tugu Jabal Rahmah. hati-hati terjebak syirik karena di Tugu ini banyak ditemukan coretan nama karena dipercaya dapat memudahkan dalam menemukan jodoh atau membuat hubungan langgeng.

image

Maaf lupa. Tapi sepertinya ini lokasi yang disebut muzdalifah, tempat dimana mengambil kerikil untuk jumrah

image

Mina merupakan lokasi untuk bermalam pada saat Haji

image

Gua Hira terletak di atas Jabal Nur, tempat dimana nabi SAW pertama kali menerima wahyu

My notes

Berikut aku coba rangkumkan beberapa hal berdasarkan pengalamanku selama di Mekkah yang mungkin bisa jadi catatan  :
1. Mumpung masih di Makkah ada baiknya kalau kita memperbanyak ibadah. Seperti ulasanku di Part 1, sekali sholat di Masjidil Haram nilai pahalanya 100 ribu kali dan banyak tempat-tempat khusus yang mustajab untuk berdo’a. Maka sayang sekali kalau waktu dihabiskan dengan percuma. Untuk jalan-jalan bolehlah tapi cukup sekedar tahu saja. Jadi kalaupun tidak ada kesempatan nggak usah ngoyo harus jalan-jalan. Ibadah yang dilakukan di luar umroh seperti sholat wajib, sholat sunnah, baca Al-quran, muroja’ah bisa dilakukan, namun karena Ka’bah juga ada disini alangkah baiknya kalau kita perbanyak thawaf sunnah (baca anjuran memperbanyak thawaf)

2. Kalau hotel letaknya jauh dari masjid, bagi yang kuat dan terbiasa backpacker-an alias hidup seadanya, daripada harus capek bolak balik mesjid hotel, lebih baik berdiam diri di masjid. Biasanya saya pergi ke masjid itu waktu tahajud dan sampai shubuh. Setelah sholat shubuh saya thawaf sebentar, sambil lihat situasi, kalau-kalau ada kesempatan sholat hajat di dalam Hijr Ismail. Nah setelah selesai, kemudian saya pulang ke hotel untuk makan pagi dan mandi. Setelah itu kemudian kembali lagi ke masjid untuk sholat dhuha dan berdiam seterusnya di dalam masjid hingga isya. Untuk makan siang, bisa membeli di counter makanan di sekitar masjid. Tidak usah khawatir disini banyak sekali penjaja makanan seperti kebab, fried chicken dan lain sebagainya. Untuk minumnya tenang saja, karena disini sumbernya air zam-zam, jadi kita bisa minum air zam-zam sepuasnya. Kalau bosan dengan air zam-zam juga banyak yang berjualan jus dan ice cream disekitar masjid. Tapi alangkah baiknya minum air zam-zam karena kandungannya yang lebih baik dari minuman lainnya.

3. Bawa uang secukupnya saja. Di Masjidil Haram ini kita harus berhati-hati menjaga barang kita karena banyak sekali pencopet berkeliaran. Entah kenapa pencopet tetap banyak meski banyak juga yang sudah di eksekusi potong tangan. Di Makkah ini pemandangan seseorang tanpa lengan itu sepertinya pemandangan yang wajar. Info dari teman satu rombongan, pengemis-pengemis yang berlengan buntung itu biasanya dulunya adalah seorang pencopet. Ya meskipun tidak semuanya begitu sih. Sebenarnya di dekat toilet wanita di sebelah sisi deretan pintu bernomor delapan puluhan ada locker yag bisa digunakan untuk menyimpan barang. Tapi aku belum pernah coba. Jadi tidak tahu aman atau tidak apabila menyimpan barang di sana. Untuk mensiasati, pakaian dalam berkantung cukup berguna digunakan untuk sehari-hari membawa uang.

4. Untuk wanita perbanyak bawa baju panjang, seperti gamis dan rok yang bisa dipakai sekaligus untuk sholat. Hal ini cukup memudahkan agar kita tidak perlu pakai lepas mukena karena di sana situasinya padat. Kadang untuk memperoleh tempat untuk sholat saja sulit, apalagi harus lepas pakai mukena. Dan jangan lupa bawa sajadah yang ringan. Jaga-jaga kalau kurang beruntung tidak dapat berjama’ah di dalam masjid karena sudah terlanjur penuh dan harus sholat di pelataran.

5. Pergi bersama teman merupakan hal yang penting. Makkah ini berbeda jauh dengan di Indonesia. Wanita bisa menjadi sasaran empuk kejahatan di sana. Jadi dengan pergi bersama teman kita bisa saling menjaga. Tidak hanya itu kita beribadah di dalam masjid ini bersama dengan orang-orang dari suku bangsa lain yang punya budaya berbeda, sehingga kadang akan terjadi gesekan-gesekan yang kurang menyenangkan. Misalnya saja waktu itu banyak kutemui beberapa orang arab yang sukanya menyela barisan shof, mereka selalu ingin di depan padahal datangnya belakangan. Biasanya mereka tidak segan-segan untuk masuk di celah-celah sempit sekalipun. Wah, kalau badannya kecil sih mungkin bukan menjadi masalah, tapi rata-rata mereka yang sudah berumur beratnya kira-kira di atas 75 kg. Belum lagi kalau kita meninggalkan sebentar tempat kita untuk sekedar mengambil air wudhu. Kalau sendirian, sudah bisa dipastikan itu tempat tadi kita sholat sudah dikuasai oleh orang lain. So berwaspadalah.

6. Bawa obat-obatan yang diperlukan. Kalau buatku pribadi yang paling penting obat masuk angin dan counterpain. Karena waktu itu udaranya agak dingin kalau malam dan pagi badan saya rentan sekali untuk masuk angin. Sedangkan counterpain berguna banget untuk digunakan setelah thawaf atau pulang pergi perjalanan masjid-hotel. Oh ya berhubung kalau thawaf siang hari itu panas (dengan catatan bukan pada saat ihram), karena kita lepas alas kaki, sebaiknya kita tetap pakai kaos kaki atau bisa membeli alas kaki yang lucu-lucu di Grand Zam Zam Tower di depan Masjidil Haram.

image

alas kaki bergambar katak yang kubeli untuk thawaf

 

7. Hati-hati terjebak bid’ah dan syirik. Alangkah baiknya kalau kita melaksanakan umroh kita bekalkan diri kita dengan memperdalam ilmu. Karena salah-salah kita bisa melakukan bid’ah atau syirik. Salah satu contohnya memegang kiswah yakni kain ka’bah, ini salah satu hal yang tidak dicontohkan Nabi. Contoh kasus lain lagi menuliskan nama di Jabal Rahmah dengan maksud agar mendapat jodoh atau agar rumah tangganya langgeng, ini perbuatan yang menjurus ke arah syirik. Untuk itu sebaiknya kita hati-hati jangan sampai ibadah kita justru terhapus amalannya karena perbuatan bid’ah dan syirik tersebut.

Say good bye….

Akhirnya setelah sembilan hari di Arab tibalah waktunya pulang. Sekitar 2 jam perjalanan kami tempuh dari Makkah menuju Jeddah. Sebelum ke bandara kami mampir dulu untuk sholat shubuh di Masjid Terapung, selebihnya kemudian jalan-jalan di sekitar Jeddah.

image

Suasana Masjid Terapung Saat Shubuh

Oke that’s all yang bisa aku ceritakan mengenai pengalamanku menunaikan ibadah umroh. Semoga apa yang aku tuliskan bermanfaat. Mohon maaf atas segala kekurangan. Dan semoga Allah senantiasa memudahkan bagi kita semua untuk meramaikan rumah Allah.

Labbaikallahumma Labbaik………


PK, From My Point of View

image

Hai, baru baru ini aku diajakin seorang kawan nonton film India judulnya PK. Awalnya nggak tahu itu film apaan. Tapi waktu tahu sutradaranya adalah yang membuat film Three Idiots aku jadi tertarik secara Three Idiots itu kalau aku deskripsiin “gue banget”. Weeks… :p

Kalau ku baca artikel-artikel online film ini memang banyak ditunggu tapi juga tidak sedikit pula menuai kontroversi. Terlepas dari pembahasan kontroversi dari film ini, aku cuma mau mengungkapkan pendapatku mengenai film ini. Bagiku film ini adalah penggambaran pencarian Tuhan yang diceritakan dengan sangat simple. Karena tidak perlu berdebat ngotot atau memakai bukti-bukti ilmiah. Ya cukup gunakan pikiran dan rasa saja. Mengapa? Karena menurutku komponen vital manusia ya dua hal itu yakni akal dan hati. Kalau salah satu dari dua komponen ini rusak maka seseorang tak layak lagi menggunakan title sebagai manusia. #Sok filosofis heuheu.

Sinopsis singkat, film ini mengisahkan tentang Perjalanan PK (diperankan oleh Amir Khan)  yakni seorang alien yang singgah di bumi karena sedang melakukan penelitian. Kemudian ia kehilangan remote control-nya yang berbentuk batu sehingga ia tidak dapat kembali ke planetnya. Pada akhirnya ia harus menetap di bumi untuk jangka waktu yang lama dengan satu misi yakni mencari remote control-nya yang hilang agar ia bisa kembali ke Planetnya. Selama di bumi ia menemui banyak kesulitan seperti tidak tahu cara berpakaian dan tidak bisa berbahasa manusia. Hingga pada akhirnya diapun sedikit demi sedikit belajar untuk “bertingkah seperti manusia bumi” hingga sampai mengenal Tuhan. Untuk sinopsis lengkapnya mungkin bisa ditengok di sini.

Seperti kuungkap di atas, dalam benakku cerita perjalanan PK seperti sebuah perumpamaan dalam pencarian hakikat Tuhan. PK, seorang alien, yakni makhluk asing berasal dari luar angkasa yang singgah di bumi ibarat seperti bayi yang lahir ke dunia. Merupakan hal asing baginya ketika pertama kali melihat dunia. Lalu kemudian seiring bertambah usia, bayi tersebut belajar menggunakan hati dan akalnya sehingga tumbuh menjadi menjadi seorang manusia.

Meski dikemas dengan gaya komedi, bagiku konflik yang ada di film ini sebenarnya sarat akan makna yang sesungguhnya seringkali kita abaikan. Mengapa terabaikan? Terbiasa. Ya menurutku apabila kita sudah terbiasa akan satu hal maka kita akan lupa untuk bersikap kritis akan hal tersebut. Ya, menonton film ini seolah-olah mau tak mau mengajakku untuk berfikir hal-hal fundamental terkait Tuhan dan Agama.

Siapakah Tuhan itu?

Pada suatu ketika PK yang mencari remote control-nya bertanya pada setiap orang yang ditemui dan mendapatkan jawaban, “bertanyalah pada Tuhan” atau “hanya Tuhan yang tahu dimana remote-mu”

Lalu PK berpikir “siapa itu Tuhan??”
Lalu dengan takjubnya dia bergumam ketika menemukan jawabannya, “hebat!! manusia bumi telah mengetahui siapa yang menciptakan mereka yakni Tuhan”

Dari scene ini aku mengambil kesimpulan bahwa makna yang ingin disampaikan adalah Tuhan  ialah pencipta manusia.

Pernah gak ada satu kali dalam hidupmu bertanya? Kenapa sih kita ibadah kepada Tuhan? Kadang beneran loh kita lupa dan menganggap ibadah merupakan ritual biasa tanpa peduli akan esensinya bahwa kita sedang menghadap Tuhan dan menghamba kepadaNya yang menciptakan kita. Bahkan kita berucap atau melakukan gerak tertentu dalam ibadah hanya sebagai kewajiban bukan dari hati dan lupa bahwa saat itu kita sedang berdialog dengan Tuhan yang menciptakan kita.

Tuhan hanya satu, lalu kenapa banyak agama di muka bumi ini?

Lalu kemudian sampailah perjalanan PK pada hakikat agama. Ia mengibaratkan agama seperti sebuah perusahaan yang mewakili Tuhan berhubungan dengan hambanya. Namun sayang ternyata PK menemui kenyataan bahwa agama tidak hanya satu. Sehingga terjadilah sebuah konflik di alam pikiran PK. Kalau Tuhan hanya satu lalu kenapa ada banyak agama? Agama-agama tersebut-pun memiliki konsep ketuhanan dan tata ibadah yang berbeda. Seolah-olah Tuhan itu plin plan. Namun pada akhirnya karena suatu peristiwa telepon salah sambung kemudian munculah konsep mengenai “wrong number“.

Di bagian scene inilah yang lebih banyak mengajakku untuk berpikir. Penafsiranku terhadap konsep wrong number ini adalah penekanan bahwa sesungguhnya hanya ada satu agama saja yang benar-benar murni dari Tuhan. Yang lain semua wrong number alias salah sambung. #sok bisa main tafsir-tafsiran. :D#

Banyak pada scene ini menunjukan karakter PK yang cerdas tapi polos namun bagiku mewakili penggunaan dua komponen vital manusia yang kusinggung di atas secara seimbang.

Ada satu adegan dimana ada seorang laki-laki tua bertanya pada Yang Mulia (pemuka salah satu agama)

“istriku sedang sakit yang mulia, apa yang harus kulakukan?”

Lalu yang mulia menjawab dengan nubuatnya “kamu harus pergi ke kuil antah berantah ini dan berdoa di sana”.

Lalu PK berteriak, “wrong number!!”. Ia mengatakan pada Pak Tua tersebut agar ia jangan pergi ke kuil dengan memaparkan argumentasinya.

Menurutku disinilah PK menggunakan akal dan hatinya. Kalau dari segi akal, kalau Pak Tua pergi maka tidak ada yang menjaga istrinya padahal kondisi istrinya tidak bisa ditinggal, bisa jadi malah istrinya tambah parah karena ditinggal. Lalu kalau dari segi perasaan coba deh tanyakan kembali ke diri kita masing-masing kalau kita jadi Pak Tua. Apa iya perasaan kita akan “membenarkan” untuk meninggalkan orang yang kita cintai padahal sedang sakit? Padahal mungkin keberadaan kita disekitarnya adalah booster semangat baginya.

Pada akhirnya kesimpulanku mengenai scene ini, yang pertama adalah Tuhan yang notabene Maha Pengasih dan Penyayang apa iya akan menuntun ke arah solusi yang menjebak hambanya sendiri?. Dan yang kedua untuk mengetahui the right number maka gunakanlah baik akal dan hatimu.

Tuhan perlu dilindungi?! Kau pasti sedang bercanda.

Di scene terakhir PK  melakukan debat terbuka bersama Yang Mulia dimana pada akhirnya Yang Mulia mengakui bahwa ia melakukan sesuatu agar nubuatnya menjadi terlihat nyata dengan alasan ia ingin melindungi Tuhan. Lagi-lagi kembali dengan cerdasnya PK membungkam manis mulut Yang Mulia dengan perkataan “yang kau lindungi Tuhan yang kau ciptakan atau yang menciptakanmu, kalau Tuhan yang menciptakanmu Ia tidak butuh dilindungi”

Waktu nonton adegan ini, sebuah senyum tersinggung dibibirku sekilas. Aku setuju Tuhan tidak butuh dilindungi, karena dia yang menciptakan manusia. Apalah arti seorang manusia bagi Tuhan. Manusia adalah tempatnya lemah. Sedangkan Tuhan adalah yang Maha Kuat. Jadi ia tidak butuh dilindungi. Dan kita kadang lupa akan hal ini. Kita merasa Tuhan butuh untuk dilindungi.

Ya, ya lalu kalau tidak butuh dilindungi lalu Tuhan butuh apa? Nothing. Menurutku Ia tak butuh apapun. Tapi ia patut, bukan patut dilindungi tapi patut dibela. Dibela dan dilindungi itu menurutku berbeda. Dilindungi mengacu pada kelemahan sedangkan dibela mengacu pada kebenaran. Dan aku memilih menggunakan kata patut bukan butuh karena Tuhan sebagai sumber kebenaran tak memiliki kebutuhan untuk dibela tapi memang Ia layak dan patut dibela.

That’s all merupakan penafsiranku secara general dari film PK ini. Kukatakan general karena sebenernya masih banyak hal-hal terlalu khusus yang mengajak berpikir mengarah pada the wrong & the right number. Tapi aku gak mau bahas itu. Karena kalau sudah masuk kesitu takutnya akan ada pihak yang merasa tersinggung. Dan perbendaharaan ilmuku memang belum cukup sampai kesitu. So keep it simple, supaya aku juga bisa mengenang sebagian film ini sebagai komedi yang mampu mengocok perut.

Dear readers (kayak ada yang baca aja hahaha), mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah dan pemikiran yang keliru, karena ini hanya pemikiran sederhanaku semata. Last but not least, untukku seorang PK ibarat penjelmaan dari petikan ayat ini dan ayat yang serupa lainnya :

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”


Rindu Baitullah : Part 1

image

Suasana Thowaf

Belum pernah ada masa kukecap dulu.
Ada rindu begini bertalu-talu.
Resah gelisah ingin bertemu.
Lagi-lagi ingin ia panggil-panggil aku.

Hei, katanya rindu itu bagian cinta.
Padahal sekali baru saja bertatap muka.
Sungguh benar cinta datang tanpa diduga.
Baru sejenak pergi ingin lagi bersua.

Labbaikallahumma labbaik

Menuju akhir Desember 2014 yang lalu, Alhamdulillah banget aku diperkenankan untuk melaksanakan umroh di kota yang sangat dirindukan untuk didatangi oleh jutaan umat muslim yang tersebar di pelosok dunia, apalagi kalau bukan kota Mekkah dan Madinah. Tentu saja tidak lain ini karena kemurahan Allah yang memberikan sedikit rezeki sehingga aku yang hidup pas-pasan ini bisa pergi kesana. Untuk itu di postingan kali ini aku akan mencoba untuk mengulas perjalanan religiku. Siapa tahu bisa menjadi informasi yang bermanfaat bagi para readers. Sebelumnya aku beritahukan bahwa mungkin postingan kali ini akan terasa sedikit panjang dan terbagi dalam dua part karena banyak sekali yang mau aku ceritakan disini. Jadi mohon maaf bila akan sangat membosankan.

Berangkat tanggal 17 Desember 2014 menggunakan pesawat Saudi Airlines aku bertolak dari Jakarta menuju kota Madinah terlebih dahulu. Waktu itu perasaanku sangat campur aduk. Antara senang, terharu dan sedikit gelisah. Maklum perjalanan ini merupakan kedua kalinya aku pergi meninggalkan tanah air dan aku berangkat hanya seorang diri. Perjalanan yang dibutuhkan cukup lama, kira-kira samalah kalau dibandingkan dengan perjalanan dari Jakarta ke Surabaya naik kereta. Lucunya waktu itu aku merasa amazing banget dan benar-benar menikmati benar perkara perbedaan waktu. Aku berangkat pukul 6 dari Jakarta dan sampai di Madinah pukul 17 waktu Jakarta, namun karena adanya perbedaan waktu, yakni mengikuti waktu Madinah, maka aku tercatat tiba di Madinah pukul 13. Artinya aku mengalami siang lebih lama. Dan ini berasa sesuatu banget. #Hahaha, katrok!!!

Menelusuri Madinah

Madinah ini termasuk salah satu dari dua kota suci umat muslim di negara Saudi Arabia selain kota Mekkah. Madinah inilah kota dimana Nabi melakukan hijrah. Disini banyak tempat-tempat yang biasanya direkomendasikan oleh pihak travel untuk dikunjungi selain Masjid Nabawi tentunya, misalnya seperti Makam Baqi, Pasar Kurma, Masjid Quba, Masjid Qiblatain, Jabal Uhud dan Percetakan Al-quran. Tapi sayang karena waktu umroh hanya 9 hari maka jadwalpun harus dibagi-bagi sehingga nggak semua tempat tersebut bisa aku kunjungi. Kalaupun mengunjungi paling-paling hanya lewat dan mengamati dari dalam bis. Dari kesemua lokasi hanya Masjid Quba, Pasar Kurma, dan Jabal Uhud saja dimana aku benar-benar menapakan kakiku ke bumi.

Masjid Nabawi is such a peaceful place

Pertama-tama aku ceritakan yang paling melekat dibenakku yakni Masjid Nabawi karena selama di Madinah disinilah aku menjalani kegiatan sehari-hariku. Aku nggak tahu penampakan Masjid ini dari atas, hanya aku menduga bentuknya seperti persegi panjang. Masjid ini terlihat berwarna dominan putih gading dan emas, megah dan luas dengan kubah yang bisa begerak. Kata guideku Masjid Nabawi ini dulunya nggak terlalu luas seperti sekarang hanya kurang lebih beberapa meter dari kediaman rasul. Oh ya, di Masjid Nabawi inilah terletak makam rasul. Didekat makam rasul ini pula dikenal ada satu tempat namanya Raudhoh. Raudhoh adalah tempat antara mimbar Masjid Nabawi (lokasi masjid lama) dan rumah Rasul. Tempat ini merupakan salah satu tempat yang mustajab untuk berdoa. Banyak orang yang berdesak-desakan untuk bisa sholat dan bermunajat di tempat ini, maklum tempatnya nggak begitu luas paling kira-kira cuma 6 x 8 meter ditandai dengan karpet berwarna hijau. Makanya waktu mengunjungi tempat ini diatur jadwalnya oleh askar yang bertugas mengatur masjid. Jadwal laki-laki dan perempuan untuk memasuki raudhoh ini dibedakan. Kalau tidak salah untuk wanita selepas Dhuha, setelah Dzuhur dan sehabis Isya selebihnya untuk pria.

image

Pelataran Masjid Nabawi

Untuk pergi ke Raudhoh mandiri tanpa guide usahakan pergi bersama teman ya, karena dengan bersama teman, kita bisa gantian saling menjaga ketika sholat. Selama di Madinah Alhamdulillah aku berkesempatan sholat hajat dan berdoa di Raudhoh selama dua kali dan sukses bikin termehek-mehek nggak berhenti-berhenti. Bagaimana nggak nangis, menurut Imam Gozhali waktu adalah hal yang paling jauh, dan Rasul hidup beratus-ratus tahun yang lalu, sesuatu yang sulit untuk digenggam. Memeluknya, menciumnya mungkin hanya bisa dalam khayalan. Hingga ketika berdiri di depan makamnya, seketika tumpah ruahlah emosi rindu yang mengharu biru dan tak terbendung ini. #halah.

image

Payung Raksasa Ketika Terbuka

Menuju ke pelataran Masjid Nabawi, masjid ini dikelilingi teras yang luas dimana di atas teras tersebut berdiri payung-payung raksasa indah yang dapat menutup dan membuka dengan sistem hidraulik. Payung-payung tersebut digunakan untuk menghalangi panas matahari. Di sekeliling pelataran masjid Nabawi ini juga berdiri toilet dan pintu-pintu masuk. Biasanya pintu dan toilet ini aku jadikan patokan untuk mengingat posisi karena pintu dan toilet ini bernomor. Jadi tempat-tempat ini adalah tempat paling mudah untuk bertemu kalau kita janjian dengan orang lain. Untuk setiap hari jumat, karena hari jumat adalah hari libur, sepertinya pelataran ini jadi semacam arena kumpul keluarga, karena aku pernah terheran-heran banyak anak kecil sampai remaja yang berlarian di jumat malam tapi nggak begitu banyak kutemukan di malam lainnya.

Diluarnya, Masjid Nabawi ini dikelilingi dengan banyak toko dan pedagang. Berbagai benda banyak dijual disini, mulai dari kurma, cokelat, pakaian, alas kaki. Lucunya kalau kuperhatikan, kita akan menemukan beberapa pedagang menggunakan gerobak ala jaman kerajaan majapahit untuk menjajakan barangnya. Tidak jarang juga para pedagang ini menerima uang indonesia loh. Rata-rata pedagang setidaknya mengenal mata uang rupiah pecahan 50 ribu dan 100 ribu. Sebagian dari mereka juga paham sedikit bahasa Indonesia yang digunakan dalam transaksi jual beli.

image

Jam Besar di depan Masjid Nabawi. Disini banyak ditemukan burung-burung merpati berterbangan dan mencari makan

Di sekitar pelataran Masjid Nabawi ini ada beberapa lokasi yang mungkin bisa dijadikan spot untuk diabadikan dalam foto. Selain masjid dan payung raksasanya, salah satu spot bagus untuk diabadikan adalah jam besar yang bentuknya mirip jam gadang. Jam ini terletak persis didepan Masjid. Di sekeliling jam besar ini biasanya banyak burung-burung merpati yang menghinggapi jam tersebut untuk mencari makan. Sebenernya sih pengunjung juga yang memberikan makanan ke burung-burung tersebut. Biasanya memang ada penjual yang menjual pakan burung bagi pengunjung yang mau sedikit membagi rezeki kepada burung-burung. Selain di dekat jam besar ini, kalau berminat untuk berfoto bersama burung-burung merpati ada spot lain yang tidak jauh dari Masjid Nabawi yakni ke arah selatan dekat underpass.

image

Berburu Foto Bersama Merpati

Berbicara soal ibadah, selain sholat sunnah di Raudhoh yang aku ceritakan diatas, aku bertekad selama di Madinah ini untuk nggak melewatkan untuk sholat fardhu, sunnah dhuha dan tahajud di Masjid Nabawi. Tentu aja motivasinya untuk mengejar pahala 1000 kali lipat sekali sholat. Gilaaa, Allah pemurah banget kan? Aku jadi teringat membaca sebuah buku bahwa di islam dikenal faktor kali dan faktor abadi. Apa itu? Hal ini memiliki pengertian bahwa dalam ibadah-ibadah tertentu ada yang Allah berikan ganjaran dengan pahala yang berkali-kali lipat dan ada yang diberikan ganjaran dengan pahala yang tak pernah putus, selalu mengalir alias abadi. Sungguh Allah maha pemurah. Padahal ini baru sholat di Masjid Nabawi, coba nanti waktu di Masjidil Haram. Ganjarannya akan lebih besar yakni 100.000 kali lipat sekali sholat. *WOW*

Selain memperbanyak ibadah sholat dan membaca Al-quran, selama di Madinah kita bisa cari pahala lain melalui sedekah. Ada banyak pintu sedekah yang bisa kita temukan. Misalnya saja dengan waqaf Al-quran. Selain dapat membeli di Percetakan Al-quran, sebenernya di pintu-pintu masjid bisa ditemukan pedagang yang menjual Al-quran untuk waqaf. Waktu itu aku bersama temanku membeli alquran waqaf yang ukuran kecil, kalau nggak salah waktu itu untuk 6 buah Al-quran seukuran buku tulis kecil kami dikenai harga 100 Riyal. Biasanya setelah membayar maka pedagang akan memberikan cap stempel bertuliskan waqaf lillahi ta’ala di halaman depan masing-masing Al-quran. Tapi kita harus hati-hati juga nih pada saat membeli Al-quran untuk waqaf karena hanya Al-quran cetakan dari percetakan saja yang diterima di Masjid Nabawi. Ada salah seorang ibu rombonganku memberitahu ciri dari Al-quran keluaran percetakan yakni tidak terlalu banyak catatan-catatan kaki di bingkai halamannya. Selain waqaf Al-quran kita juga bisa sedekah kepada para petugas pembersih Masjid. Masjid Nabawi ini memiliki banyak petugas pembersih masjid. Banyak juga diantaranya ternyata merupakan TKW asal Indonesia. untuk itu biasanya sedekahku aku prioritaskan untuk saudara-saudara kita dari tanah air. Kasihan loh mereka, aku pernah dengar temanku menceritakan bahwa ia pernah berbincang dengan salah satu petugas pembersih asal Indonesia, ternyata penghasilan merekapun tidak besar bahkan ada yang penghasilannya tidak lebih tinggi dibandingkan UMR.

Oh ya, di kota Madinah ini aku menginap di salah satu hotel yang kira-kira jaraknya kurang lebih 400 m dari masjid Nabawi namanya Deyar Al-Huda. Sebenarnya hotel-hotel di Madinah ini jaraknya dekat-dekat tapi kalau kebetulan dapat yang jauh, lebih baik lebih sering berdiam di Masjid saja dibanding harus bolak-balik ke hotel. Akupun begitu, ke hotel hanya untuk makan siang saja, selebihnya aku berdiam diri saja di Masjid. Tidak usah kuatir untuk makan dan minum. Di Masjid selalu tersedia banyak air zam-zam dan seperti yang aku ceritakan di atas bahwa di sekeliling masjid ada banyak toko, diantaranya toko makanan. Biasanya aku membawa bekal kurma untuk sementara meredakan gejolak perut dikala meraung-raung minta diganjel, alias ketika penyakit magh langgananku kambuh.

Masjid Quba, the little white mosque masjid

image

Masjid Quba

Di hari touring, pihak travel membawa rombonganku pergi ke masjid Quba yakni Masjid pertama yang dibangun oleh Rasul. Jangan bandingkan dengan Masjid Nabawi, Masjid Quba ini tidak terlalu besar dan warnanya dominan putih. Disini kami hanya sebentar saja. Hanya masuk masjid kemudian sholat tahiyatul masjid dilanjutkan sholat Dhuha. Sholat di masjid ini memiliki keutamaan yakni bila melaksanakan sholat disini sama ganjarannya dengan satu kali ibadah umrah. Sama halnya dengan di Masjid Nabawi, disekitar Masjid Quba juga ada banyak pedagang yang berjualan. Hanya pihak travel memberikan peringatan kepada kami untuk berhati-hati jika ingin membeli sesuatu karena terkadang ada beberapa penjual yang nakal yakni menjual barang-barang palsu seperti parfum yang isinya telah diganti.

Jabal Uhud sang saksi bisu perang uhud

image

Jabal Uhud

Setelah mengunjungi Masjid Quba, selanjutnya rombongan dibawa untuk melihat Jabal Uhud. Jabal Uhud ini adalah lokasi penting dalam sejarah islam, karena disinilah terjadinya Perang Uhud. Pemandangan disini benar-benar indah. Kita akan disajikan satu lansekap yang luas membentang dimana didalamnya terlukis barisan bukit berwarna cokelat tanah yang memanjang. Disini juga terdapat makam para syuhada salah satunya sahabat rasul sekaligus pamannya yakni Hamzah bin Abdul Muthalib. Sehingga disini kita dianjurkan untuk memberi salam dan mendoakannya. Dan lagi-lagi, seperti kata pepatah, dimana ada gula pasti ada semut, dimana ada keramaian disitulah ada pedagang. Kalau diperhatikan memang disepanjang jalan menuju bukit ini banyak pedagang-pedagang yang berjualan.

Pasar kurma dan si permadani gurun

image

Kebun Kurma

Pasar kurma adalah salah satu lokasi wajib dikunjungi oleh para jamaah baik haji maupun umroh. Disini banyak dijual berbagai macam jenis kurma dan oleh-oleh khas lainnya dari negara arab seperti kacang arab, cokelat dll. Istimewanya di Pasar Kurma ini pengunjung dipersilahkan untuk menyicipi kurma-kurma yang dipajang sepuasnya secara gratis. Tapi jangan dibawa pulang ya, karena kalau dibawa pulang kita wajib bayar alias beli. Nah, disekitar pasar kurma inilah terdapat pemandangan permadani nan hijau di atas gurun apalagi kalau bukan kebun kurma itu sendiri. Di madinah ini kurma memang merupakan komoditas utama. Maka wajar harga kurma di kota ini jauh lebih murah dibandingkan di Mekkah. Untuk kurma nabi yang biasa dikenal dengan sebutan kurma Ajwa rata-rata perkilonya 70-90 Riyal. Tapi ada juga loh salah satu teman satu rombonganku yang bisa menawar hingga 50 Riyal perkilo. *jago amat nawarnya ckckckck* Memang kalau mau memberikan kurma Ajwa sebagai oleh-oleh aku rasa sebaiknya beli di Madinah saja. Apalagi kalau sampai beli di tanah air. Aku pernah ngubek-ngubek di Pasar Tanah Abang satu kilonya bisa mencapai 450 ribu rupiah loh. Tapi ya konsekuensinya barang bawaan jadi berat *huhuhu*.

Selesai sudah jejak perjalananku di kota Madinah. Untuk lanjutan perjalanan menuju ke dan di Kota Mekkah apabila masih berkenan membaca bisa langsung aja ke TKP ya, yakni Part 2.


Kembalikan Tepo Seliro

image

Sebelum baca postingan dibawah ini, cobalah tengok tulisan berikut ini :

http://www.rappler.com/world/regions/asia-pacific/indonesia/79369-bagaimana-media-seharusnya-meliput-berita-kecelakaan-atau-bencana-alam?utm_source=twitter&utm_medium=share_bar

Ah sudah baca? Bagaimana pendapat kalian?

Aku anggukan kepalaku atas apa yang aku tangkap dari artikel di atas. Meskipun aku bukanlah wartawan tapi artikel di atas cukup menyudutkanku, membawa ke permukaan yang kusebut pencerahan.  Ya, menurutku tidak lain tidak bukan apa yang diungkapkan artikel tersebut membuktikan benar adanya kemunduran moral dan hilangnya rasa kemanusiaan dari bangsa kita. Bangsa yang mengaku menjunjung tradisi timur yang terkenal dengan  berbudipekerti luhur.

Membaca artikel di atas sekilas mengingatkanku pada masa SD. Bagiku ada satu pelajaran yang menurutku paling membosankan. Apa itu? PPKn. Mengapa? Simple, karena tak ada tantangan. Seolah semua bisa kupahami dengan mudah. Dan aku merasa semua orang tanpa belajarpun tahu itu. Tapi kini kusadari bahwa aku telah keliru atas rasa bosanku tersebut. Memang bukan persoalan logikalah yang dominan diuji di mata pelajaran tersebut, melainkan persoalan RASA yakni rasa kemanusiaan dari seorang siswa yang notabene adalah seorang manusia.

Entah dimana letak kesalahan akan pendidikan formal dan informal (baca:kemasyarakatan) yang kukenyam sehingga munculah manusia sepertiku. Manusia yang dalam bermasyarakat hanya sekedar TAHU akan nilai-nilai kemanusiaan namun dengan pengalaman praktek NIHIL.

Apa mungkin karena banyak orang sepertiku yang terlalu sibuk memutar otak tuk penuhi ego tanpa indahkan rasa sehingga perlahan-lahan tepo seliro yang digadang-gadang sebagai permata jati diri bangsa tanpa disadari memudar tak lagi berbekas. 

Apakah perlu memutar waktu kembali ke jaman perang dengan celurit dan tombak untuk sadarkan manusia sepertiku? Mungkin manusia sepertiku bisa dikatakan cerdas karena mungkin pandai dalam berhitung untung dan rugi atau mampu melihat peluang tapi kalau dikatakan berakhlak? berperikemanusiaan yang beradab? Oh tunggu dulu.

Dahulu di jaman perang kita mati-matian bela saudara sebangsa karena rasa senasib sepenanggungan, tapi kini bangkai saudarapun kita kunyah demi sesuap nasi. Sebegitu hinakah kini hasrat untuk memenuhi ego bertahan hidup? Hingga melukai perasaan sesamapun dilakoni.

Setiap profesi memiliki etika. Etika tersebut tidaklah sembarangan dicetuskan. Etika profesi tentu dibuat dengan menjunjung nilai kemanusiaan. Tapi dimana kini peran etika profesi? Etika profesi hanya jadi janji manis. Dibandingkan urusan perut, etika profesi menduduki urutan sekian dan sekian.

Hei, hei, ayolah, mari berpikir dan resapi dimana letak kesalahan ini? Seolah hal ini telah mendarah daging. Hingga dibuatnya sistem dan peraturan bermacam-rupapun tak mampu menembus dan mengenyahkan krikil hati yang menutupi nilai-nilai kemanusiaan yang sesungguhnya secara tak sadar tak pernah hilang karena hanya tertutupi. Ya, aku, kamu manusia yang sepertiku, sesungguhnya hanya perlu memaksimalkan HATI untuk jadi manusia yang memang layak disebut sebagai manusia.

Note :
Ah, mohon maaf bila ada hal yang menyinggung atas tulisan menggebu-gebu ini. Sekalian aku turut mengucapkan belasungkawa sedalam-dalamnya untuk korban dan keluarga kecelakaan pesawat air asia QZ8501. 

Allahummaghfirlahum warhamhum wa’afihim wa’fuanhum.


Iklan LINE : Ada Apa Dengan Cinta

image

Tau iklan di atas? Kenal pemainnya? Itu iklan LINE. Aih ternyata pengaruh iklan LINE di atas yang mencoba untuk membuat promosi dengan memanfaatkan cerita Ada Apa Dengan Cinta (AADC) benar-benar keren dan kreatif ya. Efeknya tiba-tiba banyak orang yang heboh dan terseret ke masa lalu mengenang masa-masa jaman keemasan AADC. Tidak sedikit pula yang tiba-tiba pengen mendengarkan kembali soundtrack film tersebut. Sebut saja salah satunya adalah SAYA. Tiba-tiba saya jadi kesemsem kembali dengan salah satu lagu berjudul bimbang. Imbasnya ini otak langsung nyuruh ngubek-ngubek site http://www.jellynotes.com untuk nyari tablature gitar lagu ini. Belom lagi tiba-tiba berasa kerasukan “Rangga”. #Eh, maksudnya jiwa pujangganya. Dan terlahirlah satu definisi dari Bimbang sebagai berikut:

image

Gimanah? Gimanah? Kira-kira cucok gak tuh definisi?

Oh iya efek termaut dari ini iklan, saya akhirnya install LINE loh. Padahal dulu males pake LINE. Abis banyak orang gak dikenal yang nge-add friend gitu. Tapi sekarang saya install lagi. Cuma buat apa? Cuma buat nyobain fitur find alumni yang dipromosiin di iklan ini. Tapi apa daya yah, nasib tak seindah kisah Rangga dan Cinta. Iseng-iseng cari gebetan waktu di SMA lewat find alumni. Pengennya sih bisa stalking si “dia” tapi nemu akunnya aja nggak. Hahaha.

Oke sekian posting gaje ini. Sampai jumpa di posting berikutnya. 😀


Aku Jodi, Kamu Jodi, Kita semua Jodi (Review Seminar Jodoh Impian)

Pagi yang tak mendung juga tak cerah

Pagi hari Minggu 2 maret 2014 ini telah diselenggarakan acara one day seminar Jodoh Impian di gedung BPPT depan Sarinah. Dan aku sudah jauh-jauh hari ikutan mendaftar seminar ini, kira-kira di bulan Januari, keren nggak? :D. Tapi pas hari H, mengingat acara seminar ini jatuhnya di hari minggu jadi bikin agak-agak malas. Namun aku mencoba menguatkan niat menuntut ilmu untuk berangkat.

image

Seminar apaan sih?

Sebenarnya tentang apa Jodoh Impian ini? Seminar ini gak ada kaitannya sama sekali dengan ajang perjodohan. Di seminar ini dibahas seputar jodoh impian itu sendiri dan tips-tips mengenai jodoh dan pernikahan. So, dibawah ini akan aku coba ceritakan mengenai materi juga hal-hal yang bisa dipetik dari setiap materi yang disampaikan.

Look closer to the ingredients

Materi acara pertama-tama dibawakan oleh teh Pewski, disini teh Pewski bercerita mengenai pengalamannya seputar pencarian si mr the one. Dia bercerita mengenai perbandingan pencarian jodoh dengan cara pacaran dan dengan cara ta’aruf. Singkat cerita dia menyimpulkan bahwa bila terjadi kegagalan menemukan si mr the one ternyata terdapat perbedaan antara cara pacaran dan cara ta’aruf. Dengan cara ta’aruf berdasarkan pengalamannya tidak terlalu terasa menyakitkan seperti yang dirasakan putus ketika pacaran karena pada saat ta’aruf hati dijaga jangan sampai perasaan berkembang menjadi cinta yang lebih mencintai makhlukNya dibandingkan pencipta makhluk itu sendiri. Aku merasa dari cerita ini, membuat keyakinanku bertambah terhadap islam, bahwa islam adalah agama rahmat lil alamin. Allah tak pernah salah memberikan jalan, termasuk jalan dalam menjemput jodoh. Dari sini aku melihat bahwa ta’aruf adalah cara Allah melindungi hambanya bukan hanya dari fitnah zina tapi juga rasa kecewa dan patah hati apabila ternyata prosesnya berbuah kegagalan.

Materi kedua dibawakan oleh Meyda Safira dan teh Fifi. Mungkin ini nama pembicara yang paling aku kenal selama ikutan acara ini. Karena Meyda ini kan pernah main di Ketika Cinta Bertasbih. Sedangkan teh Fifi ini temen duetnya teh Meyda. Disini mereka membawakan sebuah sajak panjang mengenai calon imam, dan mengutarakan harapan-harapan mengenai kehidupan ketika kelak bertemu si pangeran surga. Kemudian dia juga menceritakan pengalamannya mengenai suatu titik dalam kehidupannya dimana ia menyadari bahwa pacaran yang dilakukannya tidaklah sesuai dengan syariat islam. Sehingga pada saat itu dia meminta putus dari pacarnya. Hikmah yang bisa di ambil disini menurutku adalah kita harus berani hijrah kepada kebaikan meski rasanya sakit dan susah untuk ikhlas.

Materi yang ketiga dibawakan oleh Asrifit. Seorang ibu muda yang emang umurnya masih muda. Ia seorang calon dokter gigi dan saat ini msih koas. Dia bercerita bagaimana suka dukanya menjalani pernikahan dini. Bagaimana membagi waktu antara kuliah, menjadi istri dan menjadi ibu. Hikmah yang dapat dipetik dari pengalamannya yakni menikah adalah komitmen. Meski melakukan pernikahan dini apabila mampu memegang komitmen maka pasti akan bisa menjalaninya.

Materi ke empat dibawakan Ibu Septi. Satu kata yang bisa terucap buat ibu ini, AMAZING. Di acara ini ia menceritakan bagaimana me-manage keluarganya sehingga keluarganya menjadi keluarga yang unggul. Hal ini terbukti dari prestasi-prestasi yang diraih oleh putra putrinya yang melebihi apa yang dapat dilakukan oleh anak-anak seusianya pada umumnya meski putra putrinya mendapatkan pendidikan melalui jalur home schooling. Tidak lain ini dilihat dari penuturan putri-putrinya dimana yang tertua sukses kuliah di luar negeri dan yang kedua saat ini menjalani bisnis dibidang peternakan padahal usia mereka belum mencapai dua puluh tahun. Disini juga dia menceritakan ketika mengawali pernikahannya, suaminya meminta dia mendidik sendiri anak-anaknya. Di tambah lagi ia dan suaminya sepakat untuk tidak mengambil ijazah mereka. Jaman gini gak pakai ijazah kerja dimana coba? tapi begitulah niat mereka, mereka tidak mau bergantung pada ijazah dan terjerembab pada kotak rezeki dimana menjemputnya memerlukan ijazah, padahal rezeki itu bisa dicari dimana saja. Hikmah paling besar yang dapat ditauladani dari Ibu Septi adalah totalitas menjadi Ibu rumah tangga. Disini Ibu Septi dapat menunjukkan bahwa profesi ibu rumah tangga merupakan suatu profesi pekerjaan yang tidak bisa diremehkan, karena pekerjaan ibu untuk mendidik anak-anaknya menjadi anak-anak tangguh dan mandiri bukanlah pekerjaan yang mudah.

Sorry readers,

Sorry for incomplete review. Tulisan di atas sebenarnya sudah kubuat sejak bulan maret 2014 lalu. Tapi karena agak sibuk jadi nggak sempet untuk nerusin review acara Jodoh Impian ini. Alhasil, mau melanjutkan jadinya lupa deh. Padahal masih kurang beberapa materi lagi. Diantaranya materi yang dibawakan oleh teh Fufuelmart dan CanunKamil. Kedua orang ini adalah sepasang suami istri. Intinya mereka menyampaikan bagaimana caranya menjemput jodoh impian. Yang paling penting dalam menjemput jodoh adalah memantaskan diri terlebih dahulu. Caranya memantaskan diri sendiri yakni be positive, bercermin dengan diri sendiri, lalu meluruskan niat hanya karena Allah SWT. Segitu yang kuingat….gak mau nambah-nambahin. Takut salah….

image

Yaa, mungkin segitu review dariku. Maaf untuk pembicara lain yang belum tercover disini. Semoga tulisan ini bermanfaat. Oh ya, sebagai tindak lanjut dari acara ini. Tim jodoh impian masih sering mengadakan beberapa kali workshop. Workshop ini biasanya sifatnya terbatas seperti kelas kecil, tapi mungkin lebih intensif kali yaaa, tapi dompetku nggak kuat, investasinya agak lumayan soalnya hihihi…

Oke last but not least, semoga kita semua dapat menjadi jodoh impian bagi pasangan kita, dan kita bisa mendapatkan jodoh impian kita. Aamiiin ya Rabb.

I got a new friend

Ini efek samping yang positif dari ikutan acara ini. Aku dapat temen baru. Namanya Dewi. Padahal baru kenal, tapi sepanjang acara berasa udah kenal bertahun-tahun. Secara aku introvert banget, dari sekian sahabatku, kayaknya cuma dia yang tahu tentang kisah pencarian pangeran surgaku. Padahal baru kenal loh….hahaha.


Image

skating on frozen lake

image


Image

Si Boneka Tali

image


Longing For Linear Programming Problem: Sekilas Solver Excel

Siang mendung dan rindu yang pecah.

Alkisah di suatu siang yang mendung dan hujan, rekan kerja dari meja sebelah berkomentar

“waduh ini nggak bisa dicari, gw udah pake rumus ini dan ini tetep nggak bisa nemuin angka yang tepat, gimana caranya ya?”

Didorong rasa penasaran, akhirnya aku coba mendekati temanku dan menanyakan ada masalah apa. Setelah mendengarkan curhatannya, otak jadi terangsang untuk berputar, dan hati ini mengeluarkan statement feeling-nya, ini masalah kayakya familiar gitu deh.

And then, lampu di kepala menyala “tring”. Kayaknya permasalahan program linier dan sebangsanya nih pikirku. Gila maaan, udah lama banget nggak ketemuan sama masalah kayak gini secara di sini kerja tuh udah nggak perlu liat background pendidikan karena cukup berbekal bisa office (itupun nggak perlu ada sertifikat). Jadi agak nggak nyangka aja bakalan ketemu masalah kayak gini di kantor. Kangen yang mau meledak rasanya. (SUPER LEBAY).

Terus aku coba deh cari solusinya. Waktu itu mikir-mikir pakai LINGO nggak mungkin karena software-nya nggak terinstall di komputer . Akhirnya aku inget, dulu waktu kuliah di kelas optimasi diajarin penyelesaian masalah optimasi menggunakan solver, akhirnya aku coba deh pakai solver itu. Dan alhamdulillah ketemu jawabannya. 🙂

Caution!!!

Disini aku hanya mau berbagi saja mengenai implementasi penggunaan solver dengan case study yang berawal dari kejadian yang aku ceritakan di atas. Jadi tulisan di bawah ini boleh dianggep sebagai tutorial tapi mohon maaf sebesar-besarnya kalau dalam penyampaiannya menggunakan bahasa yang sangat nggak akademis sama sekali. Juga kalau ada yang kurang sesuai mohon maaf, karena waktu membuat postingan ini tanpa me-refer buku sama sekali. Hehehe.  

Constructing mathematical model.

Jadi problemnya sebenernya sederhana, pada pembangunan apartemen diketahui luas Semi Gross Area (SGA) nya  62.100 m2 diharapkan dapat dibangun sebanyak 1800 unit dengan tipe unit apartemen ada 3 yakni Studio dengan luas SGA 27 m2, 1 Bed Room dengan luas SGA 41 m2 dan 2 Bed Room dengan luas SGA 52 m2. Nah, goal yang dicari adalah jumlah unit untuk tiap tipe, supaya dapat dibangun 1800 unit dan tidak melanggar total SGAnya. Mirip dengan permasalahan program linier yang didapat waktu di bangku SMP kan? Tapi karena di sini variable yang di cari ada 3 yaitu Jumlah Unit tipe Studio, Jumlah unit tipe 1 Bed Room dan Jumlah unit 2 Bed Room, maka penyelesaian dengan menggunakan metode grafis agak sulit dilakukan. Sehingga untuk hematnya kita bisa pakai software optimasi dalam penyelesaiannya.

Beda dengan LINGO dan LINDO, sebenarnya dengan menggunakan solver nggak perlu ribet-ribet membuat model matematis karena kalau sudah kebayang modelnya langsung aja eksekusi ke excelnya, tapi untuk lebih memahami permasalahan, ada baiknya kita harus mengetahui dasarnya. Untuk itu dalam posting ini, saya akan coba konstruksikan model matematisnya sebagai berikut :

S + BR1 + BR2 = 1800

Subject To :

27. S + 41.BR1 + 52.BR3 < 62.100

S, BR1, BR2 > 0

S, BR1, BR2 ϵ Z

Keterangan :

S              : Studio

BR1        : 1-Bed Room

BR2       :  2-Bed Room

 

Implementasi.

Setelah mengetahui bagaimana model matematis yang akan diselesaikan, selanjutnya kita akan coba memodelkannnya dalam bentuk penyelesaian solver.

Sekilas mengenai solver, ada beberapa hal yang perlu diketahui dalam menggunakan solver yakni :

  • Set Target Cell  : Adalah cell yang mewakili fungsi tujuan.
  • Changing Cells : Adalah cell yang akan yang akan  dirubah oleh solver untuk dapat memenuhi constraint dan fungsi tujuan. Dalam kasus ini changing cell nantinya akan menghasilkan nilai S, BR1 dan BR2.
  • Subject to the Constraint : Ini nantinya diinputkan batasan-batasan yang kita hendaki dalam model yang kita bangun.

 1

Oke, kemudian kita coba menuangkan masalah tersebut kedalam excel seperti gambar berikut :

 2

Formulanya dapat dilihat sebagai berikut :

3

Selanjutnya kita lakukan setting  solver parameter sebagai berikut :

Paint 1

Klik Solve dan akan didapatkan hasil penyelesaian sbb :

Paint 2 

Dari hasil di atas didapatkan Jumlah unit untuk tipe Studio adalah 930 unit, tipe 1 Bed Room adalah 750 unit dan 2 Bed Room 120 unit.

Nah karena sudah ketemu jawabannya, jadi  postingan kali ini selesai sampai di sini.

Sampai jumpa di lain kesempatan. Mungkin kalau sempat, nanti aku coba posting penyelesaian problem dengan solver yang sedikit lebih rumit dan lebih akademis, tapi nggak janji dalam waktu dekat ya :p.


Banjir, Modifikasi Cuaca, Menantang Tuhan dan Sedikit Celoteh.

Banjir melanda, warga ribut.

Sudah beberapa hari Jakarta mengalami banjir. Bencana ini sudah semakin merajalela. Tiap tahun sudah pasti Jakarta langganan kena banjir. Waduk dan tanggul sudah tidak kuat lagi menampung air. Dimana-mana warga sudah mengeluh. Gimana nggak, aktivitas jadi kacau karena dimana-mana jalanan lumpuh dan sebagian harus tidur di tenda darurat dengan perlengkapan seadanya. Kalau sudah begini warga teriak-teriak kepada Pemerintah, menuntut agar ada solusi terhadap masalah banjir ini.

Modifikasi cuaca? Engg.

Marak sudah diberitakan dimana-mana, solusi yang di ambil sebagai pertolongan pertama dalam menanggulangi bencana banjir salah satunya adalah dengan melakukan modifikasi cuaca. Dirangkum dari berbagai sumber, Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan dan mengurangi curah hujan yang turun secara alami dengan mengubah proses fisika yang terjadi di dalam awan. Untuk solusi banjir di Jakarta sendiri, Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) telah menyiapkan dua Teknologi Modifikasi Cuaca untuk mengatasi banjir di Ibukota. Kedua TMC itu adalah teknologi powder dengan cara menyebar garam di awan dan flair atau partikel generation. Dengan teknologi tersebut, proses pembentukan awan hujan dapat dipercepat. Sehingga, hujan akan turun sebelum sampai ke Jakarta. Sementara, dengan sistem flair atau partikel generator dilakukan pembakaran di daratan. Itu tujuannya untuk menganggu pertumbuhan awan hujan, atau istilahnya awannya dimandulkan. Saat ini Teknologi Modifikasi Cuaca memang telah menjadi salah satu solusi teknis yang dapat dimanfaatkan untuk menanggulangi bencana yang ditimbulkan oleh karena adanya penyimpangan iklim/cuaca. Sebenarnya, Teknologi Modifikasi Cuaca bukanlah hal baru di dunia, karena teknologi ini sudah dipakai oleh lebih dari 60 negara untuk berbagai kepentingan. Di negara kitapun telah diterapkan selama beberapa tahun.

Some people said…

Ya itulah sedikit gambaran mengenai proses modifikasi cuaca. Tapi disini saya nggak mau membahas bagaimana detilnya proses modifikasi cuaca tersebut. Karena saya bukan pakarnya. Saya hanya mau menyampaikan pendapat saya mengenai pandangan beberapa orang yang menilai bahwa modifikasi cuaca ini perbuatan menantang Tuhan. Ketika berita mengenai Pemerintah yang akan menerapkan teknologi modifikasi cuaca dalam rangka mengatasi banjir yang melanda Jakarta ini mengudara, banyak komentar-komentar kemudian bermunculan. Dengan kalimat yang berbeda-beda, namun memiliki kesimpulan yang serupa yakni melakukan modifikasi cuaca sama halnya dengan perbuatan menantang Tuhan. Karena sebagian besar berpendapat hujan itu kehendak Tuhan dan hal tersebut merupakan di luar kuasa manusia.  Lebih-lebih lagi ada yang berpendapat bahwa memodifikasi cuaca sama seperti sedang mengakal-akali Tuhan.

image

image

image

Manusia menantang Tuhan? Benarkah ?

Tuhan akan selalu memberikan cobaan kepada manusia dan manusia membutuhkan usaha untuk bisa keluar dari cobaan tersebut. Sama halnya dengan modifikasi cuaca, pendapat saya, ini hanyalah salah satu usaha manusia untuk mempertahankan diri dengan menggunakan ilmu yang dikaruniakan Tuhan kepadanya. Menurut saya kenapa nggak? manusia saja pernah ditantang Allah (Tuhan) dalam surat Ar Rahman sebagai berikut :

Yang Maha Pemurah (Ar-Raĥmān):33 – Hai jama’ah jin dan manusia, jika kamu sanggup menembus (melintasi) penjuru langit dan bumi, maka lintasilah, kamu tidak dapat menembusnya kecuali dengan kekuatan.

Yang dimaksud kekuatan disini adalah ilmu dengan seizin Allah (Tuhan). Dan buktinya sekarang manusia mampu pergi ke segala penjuru bumi dengan jarak beratus kilometer dalam waktu yang singkat. Bahkan, saat ini manusia mampu menjelajah hingga ke bulan dan mars dimulai dengan menaklukan gaya gravitasi bumi. Jadi apakah ini merupakan perbuatan yang menantang Tuhan? saya rasa hanya Tuhan yang bisa menilai. Hanya mungkin yang bisa saya cermati disini, menantang itu memiliki unsur sombong dan berlebih-lebihan. Jadi apabila ilmu itu diterapkan dengan berlandaskan kesombongan dan berlebih-lebihan maka mungkin inilah yang dipandang sebagai perbuatan menantang Tuhan. Kalau mau menyadari, bagaimana mungkin manusia berhak untuk sombong dan berlebih-lebihan? padahal ilmu adalah cahaya yang datangnya dari Tuhan. Maka apabila mereka sombong dan berlebih-lebihan dalam membanggakan ilmu yang mereka kuasai maka sama saja mereka menantang Tuhan sang pemilik segala ilmu.

28 Milyar untuk modifikasi cuaca, is it worth?

Di Indonesia sulit banget deh kalau mau beraksi tapi pada akhinya duit jadi hal utama yang diperkarakan. Tentu saja ini terjadi karena maraknya kasus korupsi. Masyarakat jadi sangat sensitif kalau mendengar hal yang berhubungan dengan duit. Ujung-ujungnya langsung negative thinking , kena penyakit krisis kepercayaan karena takut dikorupsi. Akibatnya Pemerintah nggak dapat dukungan penuh dari rakyatnya. Terus kapan selesainya masalah kalau Pemerintah sama rakyatnya nggak sinergi?

Kita berapa kali sih sudah mengalami banjir kayak gini? Sering banget kan?. Harusnya dengan banyaknya pakar di segala bidang yang dimiliki bangsa Indonesia semestinya kita bisa mensimulasikan kondisi rawan banjir dan memperhatikan dampaknya baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang berdasarkan pengalaman sebelumnya dan hasil prediksi kedepan. Dampak ini seharusnya bisa dikuantifikasi menjadi angka kerugian. Misalkan, kegiatan perekonomian yang jadi terganggu karena jalanan lumpuh, meningkatnya orang sakit yang disebabkan wabah penyakit pasca banjir, meningkatnya kebutuhan logistik dalam penanggulangan banjir dan kerugian-kerugian lainnya. Nah, lalu dibandingkan dengan berbagai macam solusi yang memungkinkan beserta cost yang dibutuhkan untuk mengaplikasikan solusi tersebut, supaya bisa dinilai apakah cost yang dikeluarkan sepadan dengan perhitungan kerugian yang mungkin terjadi.

I have a dream a song to sing….

Saya berharap untuk kedepannya seharusnya Pemerintah punyalah planning dan perhitungan-perhitungan kayak gini yang memang sudah disertakan pada penyusunan APBD/APBN. Sehingga keputusan yang diambil bukanlah keputusan sesaat namun memang keputusan yang memperhitungkan segala resiko serta dapat dipertanggungjawabkan kepada rakyat. Atau kalau perhitungannya saat ini ada bisa dong masyarakat dijelaskan sedikit. Karena masyarakat sudah sangat cerdas menilai. Lagipula ini juga sangat penting untuk mencegah pihak-pihak tertentu yang ingin menjatuhkan Pemerintah dengan mengadu domba dengan rakyatnya sendiri. Tentu saja dengan cara menyebarkan opini negatif mengenai tindakan Pemerintah.

Juga sebagai rakyat, janganlah main negative thinking, kita berkewajiban memberikan kepercayaan kepada Pemerintah untuk membuat kebijakan yang terbaik untuk rakyatnya.

Dan sebagai pribadi alangkah mulianya bila kita menjunjung amanah yang ditaruh di pundak kita sebagai manusia yakni menjadi khalifah yang membuat kebaikan dimuka bumi, bukan justru menjadi perusak bumi.

PS : Aku bukanlah mau jadi pesulap yang berlaga dengan elok di atas panggung, melainkan hanya ingin sedikit memuntahkan apa yang meletup-letup di labirin-labirin otakku melalui menulis. And you have your own opinion yang belum tentu sama denganku. So, bagaimana pendapatmu?