Always run back to the future …..

Posts tagged “India

PK, From My Point of View

image

Hai, baru baru ini aku diajakin seorang kawan nonton film India judulnya PK. Awalnya nggak tahu itu film apaan. Tapi waktu tahu sutradaranya adalah yang membuat film Three Idiots aku jadi tertarik secara Three Idiots itu kalau aku deskripsiin “gue banget”. Weeks… :p

Kalau ku baca artikel-artikel online film ini memang banyak ditunggu tapi juga tidak sedikit pula menuai kontroversi. Terlepas dari pembahasan kontroversi dari film ini, aku cuma mau mengungkapkan pendapatku mengenai film ini. Bagiku film ini adalah penggambaran pencarian Tuhan yang diceritakan dengan sangat simple. Karena tidak perlu berdebat ngotot atau memakai bukti-bukti ilmiah. Ya cukup gunakan pikiran dan rasa saja. Mengapa? Karena menurutku komponen vital manusia ya dua hal itu yakni akal dan hati. Kalau salah satu dari dua komponen ini rusak maka seseorang tak layak lagi menggunakan title sebagai manusia. #Sok filosofis heuheu.

Sinopsis singkat, film ini mengisahkan tentang Perjalanan PK (diperankan oleh Amir Khan)  yakni seorang alien yang singgah di bumi karena sedang melakukan penelitian. Kemudian ia kehilangan remote control-nya yang berbentuk batu sehingga ia tidak dapat kembali ke planetnya. Pada akhirnya ia harus menetap di bumi untuk jangka waktu yang lama dengan satu misi yakni mencari remote control-nya yang hilang agar ia bisa kembali ke Planetnya. Selama di bumi ia menemui banyak kesulitan seperti tidak tahu cara berpakaian dan tidak bisa berbahasa manusia. Hingga pada akhirnya diapun sedikit demi sedikit belajar untuk “bertingkah seperti manusia bumi” hingga sampai mengenal Tuhan. Untuk sinopsis lengkapnya mungkin bisa ditengok di sini.

Seperti kuungkap di atas, dalam benakku cerita perjalanan PK seperti sebuah perumpamaan dalam pencarian hakikat Tuhan. PK, seorang alien, yakni makhluk asing berasal dari luar angkasa yang singgah di bumi ibarat seperti bayi yang lahir ke dunia. Merupakan hal asing baginya ketika pertama kali melihat dunia. Lalu kemudian seiring bertambah usia, bayi tersebut belajar menggunakan hati dan akalnya sehingga tumbuh menjadi menjadi seorang manusia.

Meski dikemas dengan gaya komedi, bagiku konflik yang ada di film ini sebenarnya sarat akan makna yang sesungguhnya seringkali kita abaikan. Mengapa terabaikan? Terbiasa. Ya menurutku apabila kita sudah terbiasa akan satu hal maka kita akan lupa untuk bersikap kritis akan hal tersebut. Ya, menonton film ini seolah-olah mau tak mau mengajakku untuk berfikir hal-hal fundamental terkait Tuhan dan Agama.

Siapakah Tuhan itu?

Pada suatu ketika PK yang mencari remote control-nya bertanya pada setiap orang yang ditemui dan mendapatkan jawaban, “bertanyalah pada Tuhan” atau “hanya Tuhan yang tahu dimana remote-mu”

Lalu PK berpikir “siapa itu Tuhan??”
Lalu dengan takjubnya dia bergumam ketika menemukan jawabannya, “hebat!! manusia bumi telah mengetahui siapa yang menciptakan mereka yakni Tuhan”

Dari scene ini aku mengambil kesimpulan bahwa makna yang ingin disampaikan adalah Tuhan  ialah pencipta manusia.

Pernah gak ada satu kali dalam hidupmu bertanya? Kenapa sih kita ibadah kepada Tuhan? Kadang beneran loh kita lupa dan menganggap ibadah merupakan ritual biasa tanpa peduli akan esensinya bahwa kita sedang menghadap Tuhan dan menghamba kepadaNya yang menciptakan kita. Bahkan kita berucap atau melakukan gerak tertentu dalam ibadah hanya sebagai kewajiban bukan dari hati dan lupa bahwa saat itu kita sedang berdialog dengan Tuhan yang menciptakan kita.

Tuhan hanya satu, lalu kenapa banyak agama di muka bumi ini?

Lalu kemudian sampailah perjalanan PK pada hakikat agama. Ia mengibaratkan agama seperti sebuah perusahaan yang mewakili Tuhan berhubungan dengan hambanya. Namun sayang ternyata PK menemui kenyataan bahwa agama tidak hanya satu. Sehingga terjadilah sebuah konflik di alam pikiran PK. Kalau Tuhan hanya satu lalu kenapa ada banyak agama? Agama-agama tersebut-pun memiliki konsep ketuhanan dan tata ibadah yang berbeda. Seolah-olah Tuhan itu plin plan. Namun pada akhirnya karena suatu peristiwa telepon salah sambung kemudian munculah konsep mengenai “wrong number“.

Di bagian scene inilah yang lebih banyak mengajakku untuk berpikir. Penafsiranku terhadap konsep wrong number ini adalah penekanan bahwa sesungguhnya hanya ada satu agama saja yang benar-benar murni dari Tuhan. Yang lain semua wrong number alias salah sambung. #sok bisa main tafsir-tafsiran. :D#

Banyak pada scene ini menunjukan karakter PK yang cerdas tapi polos namun bagiku mewakili penggunaan dua komponen vital manusia yang kusinggung di atas secara seimbang.

Ada satu adegan dimana ada seorang laki-laki tua bertanya pada Yang Mulia (pemuka salah satu agama)

“istriku sedang sakit yang mulia, apa yang harus kulakukan?”

Lalu yang mulia menjawab dengan nubuatnya “kamu harus pergi ke kuil antah berantah ini dan berdoa di sana”.

Lalu PK berteriak, “wrong number!!”. Ia mengatakan pada Pak Tua tersebut agar ia jangan pergi ke kuil dengan memaparkan argumentasinya.

Menurutku disinilah PK menggunakan akal dan hatinya. Kalau dari segi akal, kalau Pak Tua pergi maka tidak ada yang menjaga istrinya padahal kondisi istrinya tidak bisa ditinggal, bisa jadi malah istrinya tambah parah karena ditinggal. Lalu kalau dari segi perasaan coba deh tanyakan kembali ke diri kita masing-masing kalau kita jadi Pak Tua. Apa iya perasaan kita akan “membenarkan” untuk meninggalkan orang yang kita cintai padahal sedang sakit? Padahal mungkin keberadaan kita disekitarnya adalah booster semangat baginya.

Pada akhirnya kesimpulanku mengenai scene ini, yang pertama adalah Tuhan yang notabene Maha Pengasih dan Penyayang apa iya akan menuntun ke arah solusi yang menjebak hambanya sendiri?. Dan yang kedua untuk mengetahui the right number maka gunakanlah baik akal dan hatimu.

Tuhan perlu dilindungi?! Kau pasti sedang bercanda.

Di scene terakhir PK  melakukan debat terbuka bersama Yang Mulia dimana pada akhirnya Yang Mulia mengakui bahwa ia melakukan sesuatu agar nubuatnya menjadi terlihat nyata dengan alasan ia ingin melindungi Tuhan. Lagi-lagi kembali dengan cerdasnya PK membungkam manis mulut Yang Mulia dengan perkataan “yang kau lindungi Tuhan yang kau ciptakan atau yang menciptakanmu, kalau Tuhan yang menciptakanmu Ia tidak butuh dilindungi”

Waktu nonton adegan ini, sebuah senyum tersinggung dibibirku sekilas. Aku setuju Tuhan tidak butuh dilindungi, karena dia yang menciptakan manusia. Apalah arti seorang manusia bagi Tuhan. Manusia adalah tempatnya lemah. Sedangkan Tuhan adalah yang Maha Kuat. Jadi ia tidak butuh dilindungi. Dan kita kadang lupa akan hal ini. Kita merasa Tuhan butuh untuk dilindungi.

Ya, ya lalu kalau tidak butuh dilindungi lalu Tuhan butuh apa? Nothing. Menurutku Ia tak butuh apapun. Tapi ia patut, bukan patut dilindungi tapi patut dibela. Dibela dan dilindungi itu menurutku berbeda. Dilindungi mengacu pada kelemahan sedangkan dibela mengacu pada kebenaran. Dan aku memilih menggunakan kata patut bukan butuh karena Tuhan sebagai sumber kebenaran tak memiliki kebutuhan untuk dibela tapi memang Ia layak dan patut dibela.

That’s all merupakan penafsiranku secara general dari film PK ini. Kukatakan general karena sebenernya masih banyak hal-hal terlalu khusus yang mengajak berpikir mengarah pada the wrong & the right number. Tapi aku gak mau bahas itu. Karena kalau sudah masuk kesitu takutnya akan ada pihak yang merasa tersinggung. Dan perbendaharaan ilmuku memang belum cukup sampai kesitu. So keep it simple, supaya aku juga bisa mengenang sebagian film ini sebagai komedi yang mampu mengocok perut.

Dear readers (kayak ada yang baca aja hahaha), mohon maaf apabila ada kata-kata yang salah dan pemikiran yang keliru, karena ini hanya pemikiran sederhanaku semata. Last but not least, untukku seorang PK ibarat penjelmaan dari petikan ayat ini dan ayat yang serupa lainnya :

“Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berfikir”