Always run back to the future …..

Posts tagged “Musafir

Sholat Fardhu Secara Sempurna di Kereta? Bisa kok.

Ini cerita ketika saya naik kereta Gumarang tujuan Surabaya baru-baru ini untuk mengunjungi Saudara yang tinggal disana. Dulu saya sering banget pulang pergi naik kereta ini jaman saya masih kuliah di Surabaya. Karena waktu perjalanan Surabaya -Jakarta dan sebaliknya memakan waktu panjang biasanya sholat Magrib dan Isya saya jamak qoshor dengan posisi duduk. Tapi beda dengan perjalanan kali ini, ada hal yang mengusik saya. Kalau soal jamak dan qoshornya secara ketentuan telah memenuhi syarat jamak dan qoshor. Namun soal apa dasarnya sholat dengan posisi duduk ini dibenarkan atau tidak, ini jadi mengusik pikiran saya. Kemudian saya coba browsing mengenai dasar hukumnya apabila kita berstatus sebagai musafir dan hendak melaksanakan sholat di atas kereta. Dari beberapa artikel yang saya baca mengenai sholat dalam keadaan safar di atas kendaraann, saya menemukan dua kesalahan atas apa yang biasa saya lakukan:
1. Alasan mengambil posisi duduk tidak kuat
2. Alasan yang membenarkan menghadapkan wajah kemana saja juga tidak kuat

Untuk kesalahan pertama, berbeda dengan sholat sunnah, pada saat safar sebaiknya sholat fardhu tetap dilakukan dengan gerakan yang sempurna baik itu ruku maupun sujudnya. Melihat situasi dan kondisi di kereta sebenarnya sangat memungkinkan untuk melakukan gerakan yang sempurna jika kita bisa menemukan tempat yang lebih leluasa dibandingkan di tempat duduk misalnya di gang diantara tempat duduk yang memang cukup luas. Namun demikian, karena gang tersebut diperuntukkan untuk lalu lalang maka agak susah juga bila sholat di gang di antara tempat duduk. Bisa-bisa nanti senggolan sama pramusaji yang lagi bawa nasi goreng. Hehehe.

Untuk kesalahan yang ke dua, jika dipikir-pikir kereta Gumarang Surabaya-Jakarta bergerak dari timur ke barat atau sebaliknya jika dari Jakarta ke Surabaya. Pergerakannya pun rata-rata arahnya konstan, tidak terlalu sering beralih ke utara atau selatan. Menyadari ini, kita dapat memperkirakan di mana arah kiblat sesungguhnya. Jadi kalau dari jakarta arah kiblat berlawanan dengan arah gerak kereta, sedangkan jika dari Surabaya maka arah barat searah dengan arah gerak kereta. Tapi jaman sekarang sudah canggih sih, tinggal keluarin handphone dan jalankan aplikasi kompas, kita akan tahu dimana letak kiblat secara lebih akurat.

Berdasarkan hal tersebut saya termotivasi untuk mencoba mencari-cari kemungkinan tempat sholat/mushola. Tak disangka ternyata tempat itu ada dan memang disediakan oleh pihak KAI. Agak menyesal juga baru tahu sekarang. hehehe. Tapi begitulah, dengan kondisi kereta yang memiliki ruangan seadanya, tempat sholat yang diberikan hanya cukup untuk seorang saja. Kalaupun bisa mungkin berjemaah hanya untuk dua orang saja. itupun berdesak-desakan.

Kalau penasaran dengan wajah dari mushola di atas kereta bisa dilihat gambar di bawah ini. Mushola darurat ini berada di bagian gerbong restorasi. Kenapa saya sebut darurat? lihat saja karena sampai gabung dengan tumpukan kardus pop mie. hehehe.

image

Tapi seperti peribahasa “dikasih hati minta jantung”, tentu saja untuk kedepannya saya berharap KAI bisa menyediakan tempat sholat yang lebih layak, atau kalau memungkinkan membuat satu gerbong menjadi mushola. Tentu saja agar bisa melakukan sholat berjemaah dengan jamaah lebih banyak lagi. Namanya juga andai-andai, boleh saja kan… hehehe.

by the way, berikut ini link referensi yang saya maksud di atas :

http://www.pesantrenvirtual.com/index.php?option=com_content&view=article&id=1273:sholat-di-perjalanan&catid=17:fikih-keseharian

http://kitabalumm.blogspot.com/2013/05/keadaan-kedua-bolehnya-sholat-tidak.html

http://muslimah.or.id/fikih/shalat-seorang-musafir.html

Sekian, sampai jumpa lagi di posting berikutnya…. 🙂